Kamis, 19 Desember 2013

PEMELIHARAAN AYAM PEDAGING

PEPER
PEMELIHARAAN AYAM PEDAGING

NAMA : M. ISROK IRAJAB
NIM : B1D 010 113






FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2013
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang.
Permintaan masyarakat akan protein hewani semakin meningkat sejalan dengan tingkat kemajuan zaman karena masyarakat telah sadar akan pentingnya protein hewani bagi tubuh terutama bagi anak-anak yang sedang tumbuh. Dan diharapkan dengan tercukupinya protein, pertumbuhan anak tidak terhambat dan menjadi generasi muda yang berkualitas.
Komonditas ternak ayam pedaging semakin berkembang seiring dengan kemajuan zaman yang semakin modern. Dalam kondisi negara yang tidak menentu seperti sekarang ini banyak para pengusaha besar yang mundur, tetapi tidak demikian dengan dengan peternak menengah masih bisa bertahan dan cenderung menjadi peluang untuk terus melanjutkan usahanya.
Dengan kemajuan ilmu pengetahuan maka pemeliharaan ayam pedaging sudah tidak menjadi masalah karena hambatan sudah dapat ditekan sekecil mungkin, misalnya masalah penyakit ND yang sangat merugikan, sekarang sudah dapat dicegah dengan adanya vaksin, demikian pula denga penyakit-penyakit yang lain sudah dapat dikendalikan, obat-obatan yang modern mudah untuk didapatkan.
2. Tujuan.
Untuk mengoptimalkan penggunaan sarana dan prasarana yang ada sebagai lahan praktikum bagi mahasiswa serta para petani ternak di sekitar, selain itu juga untuk aplikasikan ilmu pengetahuan yang di terima oleh mahasiswa di bangku kuliah.
3. Kegunaan.
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang beternak ayam pedaging bagi mahasiswa maupun peternak sekitar dan dapat melakukan berbagai percobaan teknologi baru, sebelum disampaikan kepada masyarakat luas.

II. ASPEK PEMASARAN
1. Gambaran Umum Pasar.
Jenis produk yang akan dipasarkan adalah berupa ayam pedaging umur antara 35 hari sampai dengan 40 hari dijual dalam keadaan hidup. Ayam tersebut dipasarkan di kota Magelang dan sekitarnya dengan melalui tengkulak atau langsung ke pemotong, mengingat masih belum terpenuhi kebutuhan daging ayam di Masyarakat.
2. Permintaan.
Jumlah permintaan daging ayam di Magelang kodya dan Kabupaten sudah mencapai puluhan ton per hari, hal ini terlihat dari para penampung ayam pedaging Bu Tatik yang ada di Tidar Magelang, Bu Jum pemotong yang ada di Pakis dan beberapa tengkulak yang siap menerima hasil panen.
3. Rencana penjualan dan Pangsa Pasar.
Dari permintaan tersebut diatas, rencana untuk memproduksi ayam pedaging di tahun pertama sekitar 600 ekor dan akan berkembang pada tahun-tahun berikutnya melihat kondisi perkandangan dana serta kebijakan.
4. Pesaing.
Produk yang dihasilkan oleh pasaran umum yang menpunyai ciri-ciri sebagai berikut pada umumnya umur ayam dijual 35 – 45 hari dengan bobot hidup antara 1,5 – 2 kg dengan bentuk produk ayam hidup.
5. Strategi Pemasaran Kita.
Produk yang akan dipasarkan mempunyai cirri-ciri sebagai berikut ayam dijual umur antara 35 hari sampai 40 hari dengan bobot ayam antara 1,7 kg sampai 2 kg, dengan FCR maksimal 1,9 ayam dijual dalam kondisi hidup. Pesaing yang ada akan kita jadikan mitra kerja.

III. ASPEK PRODUKSI DAN TEKNOLOGI
1. Produk.
Produk yang akan dihasilkan berupa ayam pedaging siap potong umur antara 35 – 45 hari dengan perkiraan berat badan antara 1,7 – 2 kg per ekor, warna bulu putih, kulit dan kaki berwarna kekuningan.
2. Proses produksi.
Modal → DOC Masuk → Pemeliharaan awal → Pemeliharaan Akhir → Ayam siap jual → Pemasaran
3. Tanah dan Bangunan.
Tanah dan bangunan yang digunakan adalah Tanah dan bangunan tidak sewa untuk pemeliharaan ayam pedaging.
4. Peralatan.
Peralatan yang digunakan dari laboratorium ternak unggas yang berupa tempat pakan, tempat minum. Pemanas, penerangan dan lain sebagainya.
5. Pengendalian Limbah.
Limbah pemeliharaan yang berupa kotoran dan sekam dapat dijual sebagai pupuk kandang seharga Rp 1000,- per karung dan karung bekas tempat pakan dapat di jual per lembar Rp 400,- .
6. Penyusutan.
Peralatan diperkirakan usia ekonomis dalam jangka waktu 2 tahun dan dalam satu tahun direncanakan dapat di gunakan sampai 5 kali panen.
7. Analisa rencana pemeliharaan.



KINERJA PEMELIHARAAN YANG DIHARAPKAN
1. Jumlah Ayam masuk
600 ekor
2. Mortalitas 30 ekor (5%), Jumlah panen
570 ekor
3. Berat panen
1.254 kg
4. Berat rata-rata
2,2 kg
5. Kebutuhan pakan
2.508 kg
6. FCR
2,00
7. Umur penjualan
42 hari
8. Harga daging rata-rata per kg
Rp 8.000,-
9. Pemeliharaan tanggal ...........
BIAYA
1. Bibit ayam Super Chick 600 ekor @ Rp 2.400,-
Rp 1.440.000,-
2. Pakan Gunafeed 2.508 kg @ Rp 3.100,-
Rp 7,774,800,-
3. Vitamin dan Vaksin
Rp 200.000,-
4. Obat-obatan
Rp 150.000,-
5. Sekam 30 karung @ Rp 3.750,-
Rp 112.500,-
6. Minyak tanah 60 liter @ Rp 1.200,-
Rp 72.000,-
7. Tenaga kerja
Rp 180.000,-
9. Lampu pijar, tali plastik, pemanas
Rp 70.700,- +
Jumlah
Rp 10.000.000,-
PENERIMAAN
1. Total penjualan 1.254 kg @ Rp 8.000,-
Rp 10.032.000,-
2. Total beaya
Rp 10.000.000,- -
Penerimaan
Rp 32.000,-

IV. ASPEK MANAJEMEN OPERASIONAL
1. Struktur Organisasi.
Untuk pengelolaan diperlukan manajemen sederhana karena masih tahap awal dan jumlah ternak yang dipelihara baru 600 ekor, namun demikian sebagai lembaga pendidikan perlu kiranya susunan organisasi yang jelas dalam pemeliharaan sebagai unit produksi. Adapun susunan organisasi sebagai berikut :

2. Uraian Tugas.
a. Ketua.
☻Penanggung jawab kegiatan pengembangan sarana praktikum.
b. Pimpinan Proyek
☻Penangung jawab pelaksanaan pengembangan sarana.
☻Mengawasi dan mengontrol laporan keuangan
☻Membantu menyelesaikan masalah yang timbul
☻Menghubungkan dengan pihak lain.
c. Pelaksana
☻Merencanakan pengelolaan
☻Mengawasi jalannya pemeliharaan setiap hari
☻Mengawasi dan memberi perintah pada anak kandang
☻Membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh tenaga ahli
d. Tenaga ahli
☻Membuat pembukuan dan administrasi pemeliharaan
☻Melakukan transaksi jual beli ternak
☻Membuat laporan pemeliharaan dan dilaporkan ke atasannya
☻Mengarahkan pekerjaan pada anak kandang
☻Menjaga kesehatan ternak selama pemeliharaan
e. Anak kandang
☻Sanitasi kandang dan peralatan, menyebar sekam untuk litter
☻Memberikan pakan dan minum setiap hari dan juga menjaga keselamatan ternak
☻Melaporkan kejadian-kejadian pada tenaga ahli
☻Melaksanakan perintah yang diberikan oleh tenaga ahli dan pelaksana.
2. Rencana Kegiatan.

Dalam satu tahun direncanakan dapat memelihara sebanyak 5 periode dengan istirahat kandang yang cukup sehingga diharapkan tidak berpengaruh terhadap keberhasilan pemeliharaan selama satu tahun tersebut. 
TEKNIS BETERNAK AYAM BURAS

I. MENGENAL AYAM BURAS
Ayam buras atau ayam kampung ada juga yang menyebut ayam lokal atau ayam sayur. Di beberapa daerah pemberian nama ayam buras selain berdasarkan asal daerah ayam juga berdasarkan pada besar dan bentuknya. Beberapa jenis ayam buras di Indonesia yang mempunyai potensi untuk dikembangkan antara lain :
1. Ayam Kedu
Jenis ayam ini berasal dari daerah Kedu, kabupaten Temanggung Jawa Tengah, yang terdiri dari dua macam yaitu ayam kedu hitam dan kedu putih. Ayam Kedu hitam mempunyai warna bulu hitam dengan balung tunggal berwarna hampir hitam atau merah, warna kaki hitam. Ayam Kedu putih bentuknya sama dengan White Leghorn, kaki dan bulu pitih, balung tunggal berwarna merah. Ayam kedu cukup potensial sebagai jenis petelur yang baik.
2. Ayam Pelung.
Jenis ayam ini berasal dari Kabupaten Cianjur, Jawa barat. Ayam Pelung sudah dikembangkan sebagai hobi sejak tahun 1930. Ayam ini berukuran besar dengan kaki yang sangat panjang, warna bulu beraneka ragam pada umumnya abu-abu sampai hitam. Pelung jantan sangat digemari oleh masyarakat karena dapat berkokok engan mengeluarkan suara yang tinggi dan panjang. Ayam pelung dapat diarahkan sebagai jenis pedaging.
3. Ayam Nunukan
Jenis ayam ini berasal dari Tarakan, Kalimantan Timur. Ukurannya kecil dengan kaki yang pendek, pertumbuhan bulu lebat dan berwarna coklat merah, paruh, kulit dan kaki berwarna kuning dan mempunyai balung (jengger) tunggal. Walau tubuhnya relatip kecil tapi merupakan jaenis ayam petelur yang baik.

4. Ayam Buras Biasa
Jenis ayam ini biasa disebut ayam kampung atau ayam sayur yang mempunyai betuk dan ciri-ciri campuran dari jenis kedu, pelung atau nunukan. Ayam buras mempunyai peranan sebagai penghasil daging dan telur.   
Selain ayam-ayam lokal yang mempunyai potensi produksi daging dan telur di beberapa daerah banyak dipelihara ayam lokal lain yang seperti ayam cemani, Walik, sentul, bekisar, merawang dan lain-lainnya.
Tingkat pertumbuhan ayam buras relatif lambat dan ini berpengaruh nyata terhadap produksi telurnya. Produksi telur ayam buras masih sangat rendah, dibandingkan dengan ayam ras, namun daya tetas ayam buras tinggi menunjukkan fertilitas bukanlah merupakan persoalan. Pengeraman secara alamiah nampaknya lebih efisien dan bukan merupakan faktor pembatas terhadap produksi. Produksi telur ayam buras pada kondisi pedesaan adalah induk yang tidak mengerami telurnya, adalah sekitar 132 butir per ekor per tahun; induk mengeram dan setelah menetaskan anak dipisahkan dari induknya, berproduksi telur sekitar 115 butir per ekor per tahun dan induk ayam yang mengeram dan mengasuh anaknya sampai lepas sapih, produksi telurnya hanya 52 butir per ekor per tahun dengan berat telur berkisar 45 gram. Sedangkan produksi telur ayam ras dapat mencapai 200-300 butir per tahun.
II. SISTEM PEMELIHARAAN AYAM BURAS
Umumnya sistem pemeliharaan ayam buras masih sederhana, namun demikian sistem budidaya ayam buras yang berkembang saat ini dapat dibedakan menjadi 3 sistem pemeliharaan yaitu :
2.1. Sistem Pemeliharaan Ayam Buras Secara Tradisioal
Sistem pemeliharaan ini biasa dilakukan oleh sebagian besar petani pedesaan dengan skala pemeliharaan rata-rata 3 ekor induk per petani. Ayam buras dipelihara dengan cara dibiarkan lepas, petani kurang memperhatikan aspek teknis dan perhitungan ekonomi usahanya. Pemeliharaan bersifat sambilan, dimana pakan ayam buras tidak disediakan secara khusus hanya mengandalkan sisa-sisa hasil pertanian. Ada juga petani yang memberikan dedak padi tetapi tidak secara teratur. Sistem perkandangan kurang diperhatikan, ada yang dikandangkan didekat dapur, dan ada yang hanya bertengger di dahan pohon-pohonan pada malam hari. Pada pemeliharaan secara tradisional sering terjadi gangguan binatang liar, tingkat kematian ayam dapat mencapai 56% terutama pada anak ayam sampai umur 6 minggu, produksi telur rendah (47 butir per induk per tahun), walaupun pemanfaatannya cukup berarti bagi petani.
2.2. Sistem Pemeliharaan Secara Semi Intensif
Yang dimaksud dengan sistem pemeliharaan secara semi intensif adalah pemeliharaan ayam buras dengan penyediaan kandang dan pemisahan anak ayam yang baru menetas dari induknya dengan skala usaha rata-rata 9 ekor induk per petani. Selama pemisahan ini, anak ayam perlu diberi pakan yang baik (komersial atau buatan sendiri). Biasanya pakan tambahan diberikan sebelum ayam dilepas di pekarangan atau dikebun untuk mencari pakan sendiri. Pakan tambahan hanya diberikan sebanyak 25 gram per ekor per hari atau 25% dari kebutuhan pakan yang dipelihara secara intensif per ekor per hari. Pada pemeliharaan secara semi intensif ini tingkat kematian ayam dapat mencapai 34% terutama pada anak ayam sampai umur 6 minggu dan produksi telur dapat mencapai 59 butir per ekor per tahun.

2.3. Sistem Pemeliharaan Secara Intensif
Pemeliharaan secara intensif ini artinya ayam buras yang dipelihara petani dikurung/dikandangkan sepanjang hari, dengan skala usaha rata-rata 18 ekor induk ayam per petani. Cara pemeliharaan ini tidak jauh beda dengan sisitem pemeliharaan secara semi intensif, namun bedanya pakan diberikan secara penuh yaitu 100 gram per ekor per hari. Pada cara ini petani harus secara terus menerus menangani usahanya, karena aspek komersial dari usaha ini sangat ditekankan dimana pengeluaran modal cukup banyak terutama untuk pembelian pakan. Dengan cara ini produkstifitas dan pemanfaatan ayam buras oleh petani meningkat. Pada sistem pemeliharaan secara intensif ayam betina tidak diberikan kesempatan ayam betina mengerami telurnya. Telur dieramkan oleh ayam-ayam yang khusus dipelihara sebagai penetas telur atau ditetaskan dengan menggunakan mesin tetas. Pada pemeliharaan secara semi intensif ini tingkat kematian ayam mencapai 27% terutama pada anak ayam sampai umur 6 minggu dan produksi telur dapat mencapai 103 butir per ekor per tahun
Gambar 5. Contoh denah halaman dan kandang yang dikelilingi pagar pada sistem pemeliharaan ayam buras secara semi intensif dan intensif.


Perbandingan antara jantan dan betina adalah 1 : 7-8 atau 1 : 10, artinya 1 ekor pejantan dapat melayani 7 sampai 8 ekor betina atau 1 ekor pejantan dapat melayani 10 ekor induk. Ayam pejantan perlu istirahat untuk menjaga kondisi agar tetap sehat dan subur. Lama istirahat biasanya satu minggu dalam waktu satu bulan dengan cara dikurung terpisah dari betina. Bila ayam jantan cukup banyak, istirahat dilakukan secara bergiliran. Untuk mencegah terjadinya penurunan produksi pada generasi berikutnya maka dianjurkan perkawinan jangan secara acak dan hindarkan perkawinan antar sesame seketurunan. Seleksi sederhana harus dilakukan secara terus menerus pada tiap generasi agar produksi yang diperoleh tidak mengalami penurunan.
3.2. Kandang.
Kandang merupakan salah satu syarat bagi kelangsungan hidup ayam. Fungsí kandang bagi ternak ayam terutama untuk melindungi dari hujan, terpaan angin, panas dan gangguan binatang buas. Selain itu berfungsi sebagai tempat tidur dan yang utama hadala sebagai tempat berkembang biak. Ukuran kandang ayam buras biasanya 2m x 3m untuk menampung 40 ekor anak ayam sampai umur 2-3 bulan atau dapat untuk menampung 30 ekor ayam dewasa.
Persyaratan Pembuatan Kandang :
1. Tempat/lokasi kandang harus kering
2. Tidak mudah tergenang air
3. Tidak menyatu dengan rumah
4. Mempunyai ventilasi yang baik
5. Sehat dan bersih
6. Cukup mendapat sinar matahari pagi
7. Kokoh dan kuat serta atap tidak bocor.
Bahan kandang :
Pilih bahan kandang tidak ada disekitar lokasi, yaitu untuk :
- Rangka kandang dibuat dari bambu atau kayu gelam.
- Atap kandang dibuat dari rumbia, ijuk atau alang-alang.
- Dinding kandang dapat dibuat dari bambu, papan rempesan, kayu gelam atau kawat ram.
- Alas kandang dapat dibuat :
a)      Untuk lantai kandang bisa berupa lantai tanah yang telah dipadatkan atau disemen dan ditaburi dengan sekam atau serbuk gergaji setebal 6 cm.
b)      Lantai panggung bertumpu pada tiang dan antara tanah dengan lantai ada ruang (kolong) untuk menampung kotoran ayam. Untuk daerah pedesaan padat penduduk lantai model ini lebih dianjurkan karena akan lebih mudah penangannya dan lebih menghemat lahan dan biaya.
Peralatan kandang :
(a). Tempat pakan dan minum
·         Tempat pakan dan minum dapat dibuat dari bahan yang tidak mudah berkarat.
·         Bahan-bahan yang dapat digunakan adalah belahan bambu, paralon, plastik atau papan.
·         Tempat minum seperti halnya tempat pakan dapat dibuat dari bambu yang dipotong, kaleng plastik, atau kaleng-kaleng bekas yang tidak berkarat.
·         Untuk ayam yang dipelihara secara intensif, tempat pakan dan minum sebaiknya diletakkan di dalam kandang pada dinding kandang bagian dalam dan sedikit lebih tinggi dari permukaan lantai agar ayam tidak mencakar-cakar atau pakan bercampur kotoran.
·         Untuk ayam yang dipelihara secara semi intensif pakan dan air minum dapat ditempatkan di luar kandang atau halaman asalkan tidak terkena langsung sinar matahari dan air hujan.
(b). Tempat bertengger.
Fungsi tempat bertengger adalah agar ayam dapat tidur secara teratur pada malam hari. Tempat bertengger sebaiknya disediakan yang cukup agar ayam tidak saling bertindih dan badan ayam tidak terkena kotoran ayam. Tempat bertengger dapat dibuat dari bambu atau kayu.
(c). Sangkar bertelur/pengeraman.
·         Sangkar diperlukan untuk mencegah ayam bertelur dilantai yang dapat menyebabkan telur menjadi kotor atau pecah terinjak oleh induk ayam lainnya.
·         Sangkar bertelur/pengeraman dibuat dari bahan yang mudah, murah dan tersedia ditempat misalnya dari kotak gardus bekas, kotak kayu bekas, bambu yang dibuat seperti kukusan, baskom bekas, ember bekas dll. Alas sangkar dilapisi dengan bahan lembut seperti sekam, jerami padi, rumput kering, kertas bekas, kain-kain bekas atau bahan lainnya, agar ayam bertelur dengan nyaman dan telur tidak pecah.
·         Sangkar bertelur/pengeraman dibuat jangan terlalu cekung atau terlalu datar agar induk mudah membalik telurnya.
·         Ukuran sangkar bentuk kotak panjang 35 cm, lebar 35 cm dan tinggi (dalam) 35 cm. Tinggi sangkar dari lantai ± 50 cm. Untuk sangkar berbentuk bulat diameter ± 50 cm, terbuat dari bambu bisa dibuat berdiri (60-75) cm diatas lantai dengan satu tiang dari bambu.
·         Usahakan tempat pengeraman sebelum digunakan terlebih dahulu disemprot dengan air kapur atau air tembakau untuk menghilangkan kemungkinan gangguan kutu ayam.
·         Sangkar bertelur sebaiknya ditempatkan di dalam kandang dalam posisi agak gelap dan teduh, misalnya di sudut atau bagian belakang kandang karena pada saat hendak bertelur atau mengeram ayam menghendaki suasana tenang dan agak gelap.
·         Jumlah sangkar sebaiknya sama dengan jumlah induk ayam yang sedang bertelur.
Gambar 13. Sangkar ayam buras yang terbuat dari bamboo.
3.3. Cara Pemberian Pakan
Pemeliharaan ayam buras secara tradisional, pemberian pakan biasanya tidak dilakukan secara rutin hanya kadang-kadang saja. Biasanya ayam buras dibiarkan hidup berkeliaran di sekitar rumah, mencari pakan sendiri dan dikandangkan (dikurung) pada sore dan malam hari. Peternak biasanya lebih memperhatikan kondisi ayam pada saat siap bertelur atau layak untuk dijual. Pada sistem pemeliharaan secara tradisional ayam buras akan berusaha mencukupi kebutuhan gizinya dari berbagai sumber bahan pakan yang tersedia di lingkungannya. Pada sistem pemeliharaan ayam buras secara semi intensif peternak memberikan pakan tambahan pada ayam burasnya sedangkan pada sistem pemeliharaan secara intensif pakan sepenuhnya disediakan peternak.
Fungsi pakan bagi ayam buras :
1.      Untuk pertumbuhan, dari anak ayam menjadi ayam dewasa.
2.      Untuk mempertahankan hidup, artinya walau pertumbuhannya sudah mencapai optimal, tetapi didalam hidupnya ayam masih membutuhkan makanan. Makanan tersebut digunakan untuk mempertahankan hidupnya.
3.      Untuk produksi, artinya selain makanan digunakan untuk pertumbuhan dan mempertahankan hidup, makanan yang diberikan pada ayam digunakan untuk berproduksi. Produksi utama dari ayam buras adalah daging dan telur.
Jenis bahan pakan tambahan untuk ayam buras yaitu :
Jagung kuning, kacang-kacangan, ubi jalar, singkong, gaplek, onggok, sagu, juga dapat memanfaatkan sisa-sisa limbah berupa dedak padi, meniran, ampas tahu, limbah ikan baik limbah ikan asin maupun limbah ikan segar , gabah hampa, sisa dapur (sayur-sayuran), sisa-sisa makanan, keong mas, bekicot, cacing dll.
Cara Pemberian pakan pada ayam buras yang dipelihara secara intensif :
1.      Ayam buras umur 1-7 hari Pakan harus tersedia sepanjang hari dan tidak terbatas jumlahnya (ad libitum). Cara pemberian pakan sebaiknya 3-4 kali sehari. Tempat pakan sebaiknya berbentuk datar seperti tampah, agar ayam-ayam dapat menjangkau pakan di dalamnya.
2.      Ayam buras umur 1 minggu-10 minggu
Untuk ayam umur 1 minggu sampai 10 minggu dapat digunakan makanan ayam ras starter dicampur dedak padi dengan perbandingan 1:1 atau dengan memberikan jagung giling halus dicampur dedak padi dengan perbandingan 2:1 ditambah dengan limbah ikan asin atau segar/serangga/keong mas/cacing dll. Jumlah pakan yang diberikan ± 20-50 gram per ekor per hari, dengan kandungan protein 14-15%
3.      Ayam buras berumur 10 minggu-12 minggu.
·         Setelah ayam berumur 10 sampai 12 minggu, anak ayam mulai secara bertahap dapat dilepas dengan ayam lainnya.
·         Untuk ayam buras umur 10 minggu sampai 12 minggu jenis pakan yang diberikan dapat berupa jagung giling, dedak, nasi, gabah, limbah ikan dll. Jumlah pemberiannya bertambah yaitu ± 50 – 70 gram per ekor per hari, dengan kandungan protein 14-15%, sebagai contoh pakan ayam buras umur 10 minggu-12 minggu dedak padi 45%, jagung 30%, limbah ikan/keong mas/bekicot/cacing /konsentrat 20 % dan hijauan 5 %.

4.      Ayam buras berumur 12 minggu - 20 minggu (ayam dara).
Laju pertumbuhan ayam dara lebih cepat daripada anak ayam. Oleh karena itu kebutuhan pakan lebih banyak baik kandungan gizinya maupun jumlah pakannya. Pakan ayam dara secara fisik ukuran butirannya lebih besar daripada pakan untuk anak ayam. Jenis pakan yang diberikan dapat berupa jagung, dedak, nasi, potongan-potongan gaplek, sayuran, limbah ikan, keong mas, cacing dll, yang diberikan pada pagi dan sore hari sebelum ayam dikeluarkan dari kandang (untuk pemeliharaan secara semi intensif). Jumlah pemberian pakan 70 gram – 100 gram per ekor per hari dengan kandungan protein 10-14%. Sebagai contoh susunan pakan ayam buras dara dedak padi 55%, jagung kuning 34% dan limbah ikan/keong mas/cacing/bekicot 7 % dan hijauan 4%
5.      Pakan ayam betina dewasa umur diatas 20 minggu.
Gizi pakan ayam dewasa sebagian besar dipergunakan untuk produksi telur sehingga kualitas dan kontinuitas pakan yang diberikan sangat mempengaruhi produksi telur. Fluktuasi produksi telur terjadi apabila terlalu sering mengganti pakan. Oleh karena itu apabila terjadi perubahan pakan sebaiknya dilakukan secara bertahap. Untuk mendapatkan produksi telur yang tinggi diperlukan pakan yang kandungan gizinya sesuai dengan kebutuhan ayam yaitu mengandung protein kasar 14 % - 24%. Sebagai contoh susunan pakan ayam buras betina dewasa terdiri dari dedak padi 45 %, jagung kuning 20 %, nasi/meniran/gabah/gaplek 10 %, limbah ikan asin/keong mas/bekicot/cacing 20 %, sayuran 5%. Jumlah pemberian ± 150 gram per ekor per hari.
3.4. Pemberian Air Minum
Kebutuhan nutrisi/gizi lain yang kadang-kadang dilupakan adalah air minum. Air minum sangat penting dibutuhkan dalam tubuh ternak karena air sangat vital untuk berjalannya fungsi tubuh yang normal. Air merupakan bahan dasar dari darah, cairan antar dan dalam sel tubuh yang berfungsi untuk transportasi zat gizi serta sisa-sisa pembakaran dalam tubuh. Disamping itu air mempunyai fungsi yang sangat penting dalam pengaturan suhu tubuh.
Kandungan air dalam tubuh anak ayam sehari sekitar 85% dan kandunagn ini sedikit menurun dengan peningkatan umur dan mencapai 55% pada tubuh ayam berumur 42 minggu. Sehingga ayam membutuhkan air minum yang bersih untuk pertumbuhan optimal, untuk produksi dan untuk proses pencernakan makanan. Oleh karena itu air minum harus selalu tersedia, karena kekurangan air minum sampai 20 % dari kebutuhan sehari-hari dapat menyebabkan penurunan produksi baik produksi telur maupun daging.
Ayam buras umur 1-2 hari sebaiknya air minum diberi gula pasir dengan perbandingan 1 liter air dan 2 sendok makan gula pasir. Sedangkan untuk ayam umur 2-7 hari air minum dapat dicampur dengan Vitachik (obat anti stress).


IV. PENGENDALIAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT
Dalam usaha ternak ayam yang sangat penting diperhatikan oleh para peternak adalah pengendalian penyakit, sebab ada beberapa jenis penyakit apabila sudah menyerang akan menimbulkan kematian yang cukup tinggi terutama penyakit tetelo dan penyakit flu burung. Kedua penyakit ini belum ada pengobatannya, yang ada baru vaksinnya, sehingga kedua penyakit ini dalam usaha ternak perlu dilakukan pencegahan.
Dalam usaha ternak ayam buras biasanya tingkat kematian tertinggi terjadi pada anak ayam. Untuk menekan tingkat kematian ayam buras terutama kematian anak ayam buras dalam kandang indukan maka perlu diperhatikan tentang kebersihan, tidak lembab, pakan dan air minum tidak tercampur kotoran dan vaksinasi.
Penyakit-penyakit Yang Sering Menyerang Ayam Buras Antara Lain :
1. Penyakit Tetelo (ND)
Penyakit ini disebabkan oleh virus yang menyebabkan gangguan pernafasan, syaraf, menghambat pertumbuhan dan dapat menyebabkan kematian.Tanda-tanda penyakit ini antara lain lesu, tidak mau makan, ngantuk, ngorok/bersin dan nafas berbunyi.
Pencegahan dapat dilakukan dengan jauhkan ayam-ayam sakit dan cucihamakan kandang dan peralatan kandang, selalu menjaga kebersihan/sanitasi kandang dan lingkungan, berikan makanan/minuman yang baik dan cukup, lakukan vaksinasi atau berikan obat pencegahan tepat pada waktunya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada waktu vaksinasi adalah : (1) ayam yang akan divaksinasi harus dalam keadaan sehat, (2) alat-alat yang akan digunakan harus steril (spuit, pipet dan botol pencampur direndam dalam air mendidih selama 5 menit), (3) vaksin tidak boleh kena sinar matahari langsung dan harus disimpan di tempat dingin (kulkas, termos es), (4) vaksin yang telah dicampur lebih dari 4 jam jangan digunakan lagi, (5) gunakan vaksin sesuai dengan petunjuk pemakaian, (6) waktu vaksinasi sebaiknya dilakukan pada pagi hari atau sore hari dan di tempat yang teduh.
Bahan-bahan yang digunakan vaksin ND , pelarut, yaitu aquades atau Nael Fisiologis, alat-alat spuit, pipet, botol pencampur.
Prosedur pelaksanaan vaksinasi :
1.      alat-alat disterilkan,
2.       larutkan vaksin dengan pelarut, caranya pada tutup botol pelarut tusukan jarum suntik kemudian bukalah botol vaksin. Ambil sedikit pelarut, masukkan ke botol vaksin kocok dengan hati-hati hingga seluruh vaksin larut betul. Bila sudah larut sempurna masukkan ke dalam botol pencampur, dan bilas botol vaksin dengan sisa pelarut. Jumlah pelarut yang digunakan sesuai petunjuk, (3) lakukan vaksinasi untuk anak teteskan pada mulut atau mata anak ayam, dengan menggunakan pipet sebanyak 1 tetes atau suntikan ke dalam otot dada sebanyak 0,5 cc untuk ayam umur 1- 4 bulan dan 1 cc untuk ayam umur 4 bulan ke atas.


Program vaksinasi penyakit ND pada ayam buras : Periode vaksinasi
Umur Ayam
Jenis vaksin
Dosis dan aplikasi
Pertama (I)
1-4 hari
Strain F
1 tetes lewat mata
Kedua (II)
3-4 minggu
Strain F
1 tetes lewat mata
Ketiga (III)
2-3 bulan
Strain K
0,5 dosis suntikan pada otot
Keempat (IV)
5-6 bulan, diulang setiap 6 bulan
Strain K
1dosis suntikan pada otot
2. Penyakit Flu Burung
Penyakit ini disebabkan oleh virus dan dapat menyebabkan kematian secara mewabah, tanda-tanda penyakit ini adalah :
(1) jengger, pial, kulit perut yang tidak ditumbuhi bulu berwarna biru keunguan,
(2) kadang-kadang ada cairan dari mata dan hidung,
(3) pembengkakan di daerah bagian muka dan kepala,
(4) pendarahan di bawah kulit,
(5) pendarahan titik pada daerah dada, kaki dan telapak kaki,
(6) batuk, bersin dan ngorok dan
(7) ayam mengalami diare dan tingkat kematian tinggi.
Pencegahan/pemberantasan flu burung, dilakukan dengan cara :
1)      Peningkatan biosekuriti yaitu desinfeksi alat dan fasilitas peternakan, dilarang mengeluarkan unggas sakit, kotoran dan limbah peternakan, membatasi keluar dan masuk orang ke dalam lokasi peternakan, mencegah kelur masuknya tikus dan hewan lain ke dalam lokasi peternakan;
2)      Dekontaminasi/Desinfeksi pakan, tempat pakan/air minum, semua peralatan, pakaian pekerja kandang, alas kaki, kendaraan dan bahan lain yang tercemar, bangunan kandang yang kontak dengan unggas, kandang/tempat penampungan unggas, permukaan jalan menuju peternakan/kandang/tempat penampungan unggas;
3)      Tindakan pemusnahan selektif/terbatas dilakukan terhadap unggas sehat yang sekandang dengan unggas sakit di peternakan tertular;
4)      Disposal ayitu dilakukan pembakaran dan penguburan dengan kedalaman minimal 1,5 m terhadap unggas mati (bangkai), karkas, telur terinfeksi, kotoran, bulu alas kandang (sekam), pupuk dan pakan yang tercemar serta bahan dan peralatan lain yang terkontaminasi yang tidak dapat disucihamakan secara efektif; dan
5)      Vaksinasi.Vaksinasi yang dapat dilakukan terhadapayam buras yang sehat di daerah tertular sebagai berikut :
Program vaksinasi flu burung pada ayam buras
Periode vaksinasi
Umur Ayam
Dosis dan aplikasi
Pertama (I)
4-7 hari
0,2 ml suntikan dibawah kulit pada pangkal leher
Kedua (II)
4-7 minggu
0,5 cc suntikan dibawah kulit pada pangkal leher/otot dada.
Ketiga (III)
12 minggu, diulang kembali setiap 3-4 bulan sekali
pada pangkal leher/otot dada.
Pengisian kembali (Restocking) kandang ayam yang terserang penyakit flu burung adalah sebagai berikut peternak diperbolehkan mengisi kandang kembali setelah 30 hari pengosongan kandang dan harus dipastikan semua tindakan desinfeksi dan pembakaran/penguburan sesuai prosedur
3. Penyakit Cacar
Adalah penyakit yang disebabkan virus dengan pembentukan kutil-kutil pada kulit sekitar kepala. Gejala penyakit ini nampak pada bagian yang tidak berbulu yaitu berbentuk luka atau kutil, nafsu makan hilang dan pertumbuhan merosot. Pengobatan dan pencegahan dapat dilakukan dengan cara vaksinasi, cungkil kutil-kutil dengan gunting dan obati atau olesi dengan yodium tintur atau dengan obat anti infeksi, pisahkan ayam sakit dan cucihamakan kandang.

4. Penyakit Coccidiosis (Berak darah)
Tanda-tanda penyakit ini adalah pucat dan lesu, nafsu makan menurun, pada anak ayam biasanya mencret bercampur darah, kadang-kadang terjadi kelumpuhan, bila serangan penyakit ini cukup lama, ayam akan kurus dan akhirnya mati. Pengobatan dapat digunakan Coccidiostat seperti Trisulfa.
5. Penyakit Kolera
Penyakit kolera dapat menular dan menyerang mendadak yang dapat mengakibatkan kematian, penyakit ini cenderung mewabah kembali setelah sembuh dari pengobatan. Tanda-tanda penyakit ini adalah berak warnanya hijau dan jengger kebiru-biruan. Salah satu penyebab yang sering timbuh adalah dari pakan atau air minum yang tercemar kotoran atau pakan yang basi. Pengobatan dapat dilakukan dengan obat sulfa atau terramicyn.
6. Penyakit Snot (Salesma)
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri dan menyerang pada ayam semua umur. Tanda-tanda penyakit ini adalah mula-mula pada lubang hidung keluar cairan agak encer, lama-lama mengental dan ayam sering bersin, nafsu makan menurun, di sekitar lubang hidung biasanya agak membengkak. Pengobatan dapat digunakan sterptomycin. Pencegahan jangan biarkan ayam memakan jeroan atau bangkai.
7. Penyakit Coccidiosis (Berak darah)
Tanda-tanda penyakit ini adalah pucat dan lesu, nafsu makan menurun, pada anak ayam biasanya mencret bercampur darah, kadang-kadang terjadi kelumpuhan, bila serangan penyakit ini cukup lama, ayam akan kurus dan akhirnya mati. Pengobatan dapat digunakan Coccidiostat seperti Trisulfa.