Minggu, 06 Januari 2013

LAPORAN TEKHNOLOGI REPRODUKSI TERNAK


LAPORAN
TEKHNOLOGI REPRODUKSI TERNAK



NAMA                      : M.ISROK IRAJAB
NIM                          : B1D 010 113
KELAS                    : 5B





FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2012
BAB I
PENDAHULUAN

1.Latar belakang
Usaha untuk mempertahankan kualitas semen dan memperbanyak hasil sebuah ejakulasi dari jantan unggul adalah dengan melakukan pengenceran semen menggunakan beberapa bahan pengencer. Untuk kebutuhan beberapa karbohidrat sederhana sebagai sumber energi dalam pengencer dapat dipenuhi dengan penggunaan madu, ekstrak melon, dan air. Syaratnya adalah harus dapat menyediakan nutrisi bagi kebutuhan spermatozoa selama penyimpanan, harus memungkinkan sperma dapat bergerak secara progresif, tidak bersifat racun bagi sperma, menjadi penyanggah bagi sperma, dapat melindungi sperma dari kejutan dingin (cold shoc) baik untuk semen beku maupun semen cair
Kejadian yang dapat merusak dan menurunkan viabilitas spermatozoa selama proses penyimpanan dan pembawa materi genetik ternak (sel gamet) dengan teknik kriopreservasi yaitu kejutan dingin (cold shock) dan pembentukan kristal-kristal es.
Pembentukan kristal-kristal es berkaitan erat dengan perubahan tekanan osmotik dalam fraksi yang tidak beku (Rozi, Bahrur. 2004). Pembentukan kristal-kristal es berkaitan erat dengan perubahan tekanan osmotik dalam fraksi yang tidak beku. Pengaruh pembentukan kristal-kristal es terhadap pembawa materi genetik ternak selama proses kriopreservasi dapat dilihat pada sel spermatozoa dan sel telur. Pada sel spermatozoa dapat menyebabkan penurunan motilitas dan viabilitas spermatozoa, peningkatan pengeluaran enzim-enzim intraseluler ke ekstraseluler dan kerusakan pada organel-organel sel, seperti mitokondria dan lisosom. Apabila mitokondria rusak dan rantai oksidasi putus akan mengakibatkan spermatozoa berhenti bergerak karena tidak ada pasokan energi dari organel mitokondria. Sumber energi mitokondria berperan untuk menggertak mikrotubul sehingga terjadi pergesekan diantara mikrotubul sehingga spermatozoa dapat bergerak secara bebas (motil).



2.Tujuan praktikum
Adapun tujuan praktikum ini adalah:
a.       Agar mahasiswa mengetahui cara pengenceran semen.
b.      Agar mahasiswa mengetahui cara pembekuan semen.
c.       Agar mahasiswa mengetahui cara penampungan semen.

3. Kegunaan Praktikum
Adapun kegunaan dari praktikum adalah menjadi pedoman bagi praktikan untuk kedepannya agar bisa mengaplikasikan ke masyarakat.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penampungan Semen
Beberapa cara penampungan semen sapi untuk tujuan IB telah berkembang, diantaranya dengan vagina buatan dan electro-ejakulator. Penggunaan vagina buatan untuk menampung semen sapi telah dipakai secara luas. Pejantan akan menaiki sapi betina pemancing dan akan berejakulasi pada waktu penis dimasukkan ke dalam vagina buatan. Vagina buatan terdiri dari silinder karet tebal dan keras, di dalamnya dilapisi silinder karet tipis dan merupakan kantung yang dapat diisi air panas. Salah satu ujung vagina buatan dipasang karet berbentuk corong untuk menampung semen. Vagina buatan yang telah diisi air panas dan di bagian dalam diberi pelicin, akan berfungsi untuk menampung semen.
Penampung semen (gambar) vagina buatan.(lab reproduksi fakultas peternakan UNRAM)
2.2. Pengenceran Semen

Pengenceran semen adalah upaya untuk memperbanyak volume semen, mengurangi kepadatan spermatozoa serta menjaga kelangsungan hidup spermatozoa sampai batas waktu penyimpanan tertentu pada kondisi penyimpanan di bawah atau di atas titik beku. Pengenceran dan penyimpanan semen merupakan usaha mempertahankan kualitas spermatozoa dalam periode yang lebih lama yakni untuk memperpanjang daya hidup spermatozoa, motilitas, dan daya fertilitasnya.
media pengencer harus mengandung bahan makanan bagi spermatozoa, tidak bersifat racun, mengandung bahan pelindung dari terjadinya “cold shock”, dapat mencegah pertumbuhan kuman, dan sebagai penyanggah yang dapat mempertahankan pH, serta mempunyai sifat-sifat fisik dan kimia yang sesuai dengan plasma semen. Tentang syarat-syarat bahan pengencer yaitu harus mengandung nutrisi, melindungi spermatozoa terhadap “cold shock” mencegah perubahan pH, dan mempertahankan tekanan osmotik serta keseimbangan elektrolik.
Beberapa bahan pengencer yang umum digunakan dalam pengenceran semen adalah kuning telur, susu, air kelapa. Bahan pengencer lain yang berpotensi untuk dimanfaatkan dalam mempertahankan kualitas spermatozoa adalah pengencer NaCl fisiologis, Ringer Laktat dan Ringer Dextrose.
(gambar) Proses pengenceran. .(lab reproduksi fakultas peternakan UNRAM)
2.3. Pembekuan Semen
Pembekuan merupakan proses pengeringan fisik, jika suatu larutan dibekukan maka air sebagai pelarut membeku menjadi kristal es, sedangkan bahan terlarut tidak berbentuk kristal es, tetapi terkumpul dalam larutan yang masih ada dan bertambah pekat karena molekul air tergabung dengan kristal es.
Spermatozoa dalam semen beku dapat hidup bertahun-tahun. Spermatozoa yang dibekukan dan disimpan pada suhu -79oC di dalam CO2 padat dan alkohol tahan hidup 3-4 tahun atau lebih, sedangkan pada -196oC di dalam nitrogen cair tahan hidup dalam waktu sampai 10 tahun.
Container berisi N2 cair. (lab reproduksi fakultas peternakan UNRAM)

Proses pembekuan semen meliputi cooling (pendinginan), pre freezing (pembekuan awal), dan freezing (pembekuan).
a. Cooling (pendinginan)
Cooling adalah proses pendinginan semen setelah proses pengenceran, dimasukkan dalam gelas ukur tertutup dan ditempatkan pada beaker glass berisi air. Cooling sampai 5oC dapat dilakukan dengan memasukkan tabung-tabung yang berisi semen yang telah diencerkan dalam bak yang berisi air. Bak tersebut kemudian dimasukkan dalam refrigerator. Suhu air yang dipergunakan dalam cooling sesuai dengan suhu inkubasi semen segar yakni 37oC dan suhu 30oC
b. Pre freezing (pembekuan awal)
Straw yang berisi semen diatur pada rak straw dan ditempatkan dalam uap N2 cair sekitar 4,5 cm diatas permukaan nitrogen cair. Pembekuan ini berlangsung sekitar 10 menit, kemudian dimasukkan langsung ke dalam nitrogen cair.
c. Freezing (pembekuan)
Freezing merupakan proses penghentian sementara kegiatan hidup sel tanpa mematikan fungsi sel dan proses hidup dapat berlanjut setelah pembekuan dihentikan. Sedangkan semen beku adalah semen yang telah diencerkan menurut prosedur lalu dibekukan dibawah suhu 0oC atau titik beku air (Partodiharjo, 1992). Menurut Toelihere (1993), pembekuan dapat menggunakan CO2 padat,
udara basah, O2 cair dan nitrogen cair. Pembekuan dengan N2 cair lebih sering digunakan karena suhunya yang sangat rendah dapat menyimpan semen dalam jangka waktu yang lama. Pada proses ini straw direndam dengan suhu -196oC. Volume N2 cair harus dikontrol secara periodik, karena jika kehabisan akan menaikkan suhu sehingga akan mematikan spermatozoa. Untuk menjamin kelangsungan hidup spermatozoa yang terkandung di dalam straw maka N2 cair di dalam kontainer tidak boleh kurang dari ukuran minimal yang ditentukan yaitu setinggi 3 inci. Seandainya tinggal 3 inci, maka penambahan N2 cair harus dilakukan segera dalam waktu 12 jam.


BAB III
MATERI DAN METODE PRAKTIKUM

3.1. Tempat dan Tanggal Praktikum
3.1.1        Tempat Praktikum
                  Adapun tempat praktikum Tehnologi Reproduksi Ternak ini dilaksanakan  di Laboratorium Reproduksi Ternak Lantai II, Fakultas Peternakan
3.1.2        Tanggal Praktikum
                  Adapun tanggal dilaksanakan praktikum Manajemen Ternak Perah ini dilaksanakan pada 20 dan 21 Desember 2012.

3.2      Materi Praktikum
3.2.1        Alat Praktikum
Ø  Adapun alat yang digunakan dalam penampungan semen adalah:
-          Elektro Ejakulator (Batang Bivolar)
-          Gelas penampung
Ø  Alat yang digunakan dalam pengenceran semen adalah:
-          Makro pipet
-          Bak pengencer
-          Mini straw
-          Tabung reaksi
Ø  Alat yang digunakan dalam pembekuan semen adalah:
-          Canister
-          Goblet
-          Mini goblet
-          Mini straw
-          Rak pembeku


3.2.2 Bahan Praktikum
Ø  Bahan yang digunakan dalam penampungan semen adalah:
-          Alkohol 70%
-          Kapas/tissue basah
-          Kertas pH
-          Vaselin
-          Kambing
Ø  Bahan yang digunakan dalam pengenceran semen adalah:
-          Semen Kambing
-          Tris kuning telur
Ø  Bahan yang digunakan dalam pembekuan semen adalah:
-          Bubuk polipiniel
-          Semen yang sudah diencerkan

3.2. Metode praktikum
3.2.1 Metode penampungan semen
Adapun metode yang dapat dilakukan dalam penampungan semen adalah :
-          Batang EE diolesi vaselin
-          Kambing direbahkan
-          Preputium dibersihkan supaya semen tidak tercemar oleh urin, apabila panjang kemudian dipotong
-          Preputium ditarik untuk mengeluarkan penis
-          Setelah keluar kemudian gland penis diikat dengan casa steril
-          Kemudian probe dimasukkann (besinya bearah ke perut). Poltase diputar 1 volt dinaikkan lalu diturunkan kembali.
3.2.2. Metode pengenceran semen
Adapum metode yang digunakan dalam pengenceran semen adalah:
-          Semen yang sudah ditampun, kemudian di campur dengan pengencer (tris kuning telur) sebanyak 700 ml.
-          Dimasukkan dalam kulkas 5oC selama 2 – 3 bisa sampai 4 jam.
-          Kemudian dituangkan kedalam bak pengencer
1.2.3.      Metode pembekuan semen
Adapun metode yang dilakukan dalam pembekuan semen adalahh:
-          Setelah semen ditampung secepatnya di bawa ke laboratorium untuk diperiksa kualitas maupun kuantitasnya.
-          Bahan pengencer disiapkan sehari sebelum digunakan diantaranya  pengencer sitrat, air kelapa, tris, dll.
-          Printing straw dilaksanakan bersamaan dengan waktu pengenceran setelah diketahui berapa jumlah straw yang akan dicetak.
-          Filling & Sealing adalah proses pengisian semen yang telah    diencerkan ke dalam straw dengan menggunakan alat yang bekerja secara otomatis (mesin filling & sealing).
-          Setelah dilaksanakan filling sealing, straw yang berisi semen cair disusun di atas rak dan dihitung jumlahnya, kemudian dibekukan. Proses pembekuan dilakukan di atas permukaan N2 Cair di dalam storage container dengan suhu -110 sampai dengan -120 0C selama 9 menit. Suhu tersebut diperoleh bila straw yang disusun di atas rak ditempatkan kurang lebih 4 cm di atas permukaan N2 cair.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
4.1.1. Penampungan Semen
Adapun hasil penampungan semen berupa semen cair yang berwarna putih, cream yang kental. Volumenya 1,5 ml dengan bau yang khas (spesifik) dengan pH normal yakni 7.


Container berisi N2 cair

Proses pengenceran

Vagina buatan


Alat dan bahan pendukung

Mikroskop yang digunakan dalam evaluasi semen secara mikroskopis

Televise yang digunakan dalam melihat pergerakan massa semen



4.2. Pembahasan
Evaluasi semen terdiri dari uji makroskopis, mikroskopis, biokemis dan biologis. Uji yang rutin digunakan dalam suatu Balai Inseminasi Buatan (BIB) adalah uji makroskopis dan uji mikroskopis. Uji makroskopis meliputi volume, warna, konsistensi, dan bau. Volume semen dalam uji ini mencapai (2-10 ml), semen yang normal berwarna putih kekuningan, sedangkan yang abnormal berwarna kuning atau coklat, dan semen memiliki bau yang spesifik. Uji mikroskopis terdiri dari motilitas massa dan individu, viabilitas, konsentrasi dan abnormalitas
Dalam praktikum teknologi ternak yang dilakukan di Laboratorium Reproduksi, evaluasi  semen dilakukan dengan cara makroskopis yakni meliputi volume, warna, konsistensi, dan bau. Hasil praktikum menujukkan bahwa semen yang didapatkan berupa semen cair yang berwarna putih, cream yang kental. Volumenya 1,5 ml dengan bau yang khas (spesifik) dengan pH normal yakni 7.

            Semen yang dihasilkan merupakan semen yang normal. Hal ini sesuai dengan teori bahwa, semen yang normal berwarna putih kekuningan, sedangkan yang abnormal berwarna kuning atau coklat, dan semen memiliki bau yang spesifik (Hunter,1982).

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat saya ambil dari praktikum tersebut adalah :
1.      Semen yang didapatkan dari penampungan semen dengan cara EE merupakan semen yang normal.
2.      Cara mengevaluasi semen terdiri dari uji makroskopis, mikroskopis, biokemis dan biologis.
5.2. Saran
Adapun saran yang dapat saya berikan berdasarkan praktikum tersebut adalah: Sebaiknya praktikum dilakukan per kelompok bukan per kelas agar lebih jelas hasil dan cara – cara dalam praktikum trsebut.






DAPTAR PUSTAKA
Hunter, R.H.F. 1995. Fisiologi dan Teknologi Reproduksi Hewan Betina Domestik. ITB. Bandung
Lindsay, dkk. 1982. Reproduksi Ternak di Indonesia. Fakultas Peternakan dan Perikanan. Universitas Brawijaya. Malang
Partodiharjo, S. 1992.. Fisiologi Reproduksi Hewan. Mutiara Sumber Widya. IPB. Bogor.
Rozi, Bahrur. 2004. Motilitas Spermatozoa Sapi Madura pada Suhu dan Interval Waktu yang Berbeda dan Hubungan antara Motilitas dengan Viabilitas, Abnormalitas dan Integritas Membran. Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas Brawijaya. Malang
Salisbury, G.W and VanDemark. 1985. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan pada Sapi. Gajah Mada. University. Press. Yogyakarta
Sudrajad, 2000. Prosedur Tetap (Protap) Produksi dan Distribusi Semen Beku. http://bitnak.ditjennak.deptan.go.id (online), diakses 01 januari 2008
Toelihere, M, R. 1985. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Fakultas Kedokteran Hewan. IPB. Penerbit Angksa. Bandung
 1993. Inseminasi Buatan pada Ternak. Fakultas Kedokteran Hewan.
IPB. Penerbit Angkasa. Bandung


LAMPIRAN