LAPORAN PRAKTIKUM
(ILMU NUTRISI TERNAK RUMINANSIA)
OLEH
NAMA : NIM :
M.ISROK IRAJAB : (B1D 010 113)
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar belakang
Sejarah pendidikan ilmu peternakan di Indonesia di mulai dengan pendidikan kedokteran hewan dan jaman penjajahan belanda.pelajaran ilmu peternakan di integrasi sedemikian rupa sehingga wewenang untuk menggarap dan membina pengembangan peternakan.
Dengan pertambahan penduduk di Indonesia maka kebutuhan hasil peternakan semakin meningkat,untuk itu perlu di tingkatkan produk-produk peternakan,seperti daging,susu,untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat.Di samping itu peternak perlu meningkatkan kualitas daging dan susu untuk memperoleh hasil yang lebih banyak.
Kualitas ternak,baik daging maupun susu sangat berpengaruh terhadap kualitas pakan yang di konsumsi.seperti penyisunan ransum sapi.ransum yang bagus untuk ternak sapi apabila kandungan protein,lemak dan serat kasar,vitaminnya harus sesuai kebutuhan.
Semakin baik pakan yang di konsumsi oleh ternak sapi maka kualitas daging maupun susunyapun semakin bagus.
Dalam beberapa keadaan,peternak akan merasa rugi bila memakai ransum yang di buat oleh salah satu pengusaha makanan ternak.menyusun ransum untuk keperluan sendiri dengan menggunakan bahan-bahan makanan yang mudah di peroleh di sekitar peternakan atau dengan bahan makanan hasil pertanian sendiri,mungkin dapat menguntungkan serta lebih sesuai dengan kebutuhan ternak yang sedang di pelihara.
Penyusunan ransum yang tepat sesuai dengan kebutuhan tiap-tiap periode pertumbuhan dan dipengaruhi oleh nilai gizi dan bahan-bahan makanan yang akan di pergunakan dalam ransum harus di ketahui dahulu kandungan zat-zat makanan dalam bahan-bahan makanan tersebut.Dengan demikian kekeurangan salah satu zat makanan dapat di tutupi dengan mempergunakan bahan-bahan makanan yang mengandung zat makanan tersebut.kalau kadar zat-zat makanannya seimbang produksi tidak akan terganggu.
Dalam ilmu pakan ternak, faktor keseimbangan yang dimaksud adalah kesesuaian antara kuantitas maupun kualitas zat gizi pakan dan kebutuhan ternak. Prinsipnya faktor yang menjadi pedoman pakan ruminansia adalah kandungan protein, energi, karbohidrat, dan bahan kering pakan, serta
ketepatan proporsi masing-masing sehingga sesuai dengan kebutuhan ternak sapi (McDonald dkk., 1996). Dalam hal ini para petani kebanyakan tidak memperhitungkan secara lengkap karena tidak paham tentang ilmu pakan ternak sapi.
Salah satu cara prospektif untuk meningkatkan efisiensi UPSPK adalah melalui perbaikan kualitas dan kuantitas produksi daging sapi dengan menekan biaya produksi serta berlandaskan penerapan inovasi pakan sesuai kebutuhan (adequate feed). Implementasi inovasi teknologi adequate feed tidak hannya dapat meningkatkan jumlah pakan yang dikonversi dan dideposisi ke dalam jaringan tubuh sapi (termasuk daging), tetapi juga akan menghindarkan pemborosan biaya produksi untuk pembelanjaan pakan berlebih.
berdasarkan pertimbangan bahwa pemberian pakan berlebihan berarti alokasi modal besar, yang konsekuensi lainnya mengakibatkan efisiensi pakan tidak optimal sehinga residu yang tereksresikan berlebihan dan dapat menimbulkan polusi lingkungan. Sehubungan dengan itu pada kesempatan ini dipresentasikan teknologi dalam bentuk suatu formula adequate feed untuk penggemukan/pembesaran ternak sapi dengan menggunakan bahan baku lokal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pakan ternak merupakan komponen biaya produksi terbesar dalam suatu usaha peternakan. Oleh karena itu pengetahuan tentang pakan dan pemberiannya perlu mendapat perhatian yang serius. Ransum yang diberikan kepada ternak harus diformulasikan dengan baik dan semua bahan pakan yang dipergunakan dalam menyusun ransum harus mendukung produksi yang optimal dan efisien sehingga usaha yang dilakukan dapat menjadi lebih ekonomis.Hal-hal yang berkaitan dengan pemberian pakan ternak adalah kebutuhan nutrisi ternak, komposisi nutrisi bahan pakan penyusun ransum dan bagaimana beberapa bahan dapat dikombinasikan (penyusunan ransum standar) untuk mencukupi kebutuhan ternak (Subandriyo et al. 2000).
Kecernaan In vivo merupakan suatu cara penentuan kecernaan nutrient menggunakan hewan percobaan dengan analisis nutrient pakan dan feses (Tillman et al. 2001). Anggorodi (2004) menambahkan pengukuran kecernaan atau nilai cerna suatu bahan merupakan usaha untuk menentukan jumlah nutrient dari suatu bahan yang didegradasi dan diserap dalam saluran pencernaan. Daya cerna merupakan persentse nutrient yang diserap dalam saluran pencernaan yang hasilnya akan diketahui dengan melihat selisih antara jumlah nutrient yang dikonsumsi dengan jumlah nutrient yang dikeluarkan dalam feses.
Domba mampu mengkonsumsi pakan berserat, biasanya jerami yang telah dipotong-potong (chop). Secara alami, domba senang mengkonsumsi rumputrumputan,namun pemberian pakan yang hanya berupa rumput-rumputan belum dapat memenuhi kebutuhan zat-zat makanan sebagai sumber energi dan protein. Rumput hanya merupakan bahan pakan sumber energi. Penambahan bahan pakan sebagai sumber protein merupakan suatu hal yang mutlak dilakukan jika usaha penggemukan domba berorientasi bisnis. Penambahan sumber protein akan mempercepat pertumbuhan domba dan dalam skala luas mempercepat waktu pemeliharaan sehingga domba bisa dijual lebih cepat (Sodiq & Abidin 2002).
Pencernaan pada ternak ruminansia merupakan proses yang kompleks, melibatkan interaksi yang dinamis antara makanan, mikroba dan hewan. Pencernaan merupakan proses yang multi tahap. Proses pencernaan pada ternak ruminansia terjadi secara mekanis di mulut, fermentatif oleh mikroba di rumen, dan hidrolitis oleh enzim pencernaan di abomasum dan duodenum hewan induk semang. Sistem fermentasi dalam perut ruminansia terjadi pada sepertiga dari alat pencernaannya. Hal tersebut memberikan keuntungan yaitu produk fermentasi dapat disajikan ke usus dalam bentuk yang lebih mudah diserap. Namun ada pula kerugiannya, yakni banyak energi yang terbuang sebagai CH4 (6-8%) dan sebagai panas fermentasi (4-6%), protein bernilai hayati tinggi mengalami degradasi menjadi NH3, dan mudah menderita ketosis.
Oleh karena itu sangat penting apabila dapat mengetahui kualitas suatu bahan pakan dan daya cerna bahan pakan tersebut dalam alat pencernaan ternak tersebut. Karena zat- zat makanan yang terdapat dalam pakan akan dicerna menjadi zat makanan yang lebih sederhana, karbohidrat menjadi monosakarida, protein menjadi asam amino,lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Jadi daya cerna suatu bahan pakan dapat didefinisikan sebagai bahan pakan yang dikonsumsi oleh seekor ternak dan tidak dikeluarkan lagi dalam bentuk feses.
Tujuan dan kegunaan praktikum
A.Tujuan Praktikum
Adapun maksud dan tujuan penelitian yaitu untuk mengatahui bagaimana cara atau tehnik peternak memberikan pakan pada ternak sapi.
B.Kegunaan Praktikum
Adapun keguna’an penelitian yaitu agar mahasiswa bisa mengetahui karakter ternak sapi dan agar mahasiswa mampu memberikan motivasi kepada peternakan sapi tsb.
BAB III
MATERI DAN METODE
A.Materi praktikum- alat praktikum
- Sekop
- Plastic
- Parang
- Ember
- Neraca
- Karung
- Bahan praktikum
- ternak sapi
- rumput gajah
- konsetrat
B.Adapun metode yang kami lakukan adalah:
- Bagi anggota kelompok menjadi 4 subkelompok,petugas menimbang.
- Sisa pakan(kontrol)
- sisa pakan (perlakuan)
- Rumput yang akan diberikan
- konsetrat yang akan diberikan.
- Cincang rumput 3-5 cm.
- Timbang rumput 23 kg(kontrol) dan 4 kg(perlakuan)
- timbang bahan konsentrat 9(total 4000g),sbb:
Bahan Ransum Berat (g)
- butiran jagung 2.680
- Bungkil kelapa 1.2000
- Kapur 60
- Premix 60
- Campur bahan konsetrat hingga homogeny.
- Rumput maupun konsetrat dibagi dua (untuk pagi dan sore)
- Timbang sisa pakan (Rumput maupun Konsetrat)
- Pisahkan masing-masing bahan konsetrat dan timbang.
- timbang feses
- bersihkan kandang dan peralatanya
- Hitung konsumsi BK dan keluaran BK (sesuai teori/foto copy)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.Hasil praktikumAdapun hasil praktikum yang kami dapat adalah:
TERNAK PERLAKUAN
Ternak no.210
PENGAMATAN:
Gigi: 4 Pasang
Jenis kelamin:jantan
Operasi Paha: Sebelah Kiri
Kondisi ternak:sehat,Gemuk.
Kondisi Mata:cerah,tidak ada air ditepi matanya
Kehalusan Bulu:Halus
Warna Bulu:Coklat di Campur Putih
Ukuran kandang:
Panjang: 2 Meter
Lebar: 1 Meter
Ukuran tempat pakan:
Panjang:
Lebar:
Trenak no.229
PENGAMATAN:
Gigi: 4 Pasang
Jenis kelamin:jantan
Operasi Paha: Sebelah Kiri
Kondisi ternak:sehat,Gemuk.
Kondisi Mata:cerah,tidak ada air ditepi matanya
Kehalusan Bulu:Halus
Warna Bulu:Coklat di Campur Putih
Ukuran kandang:
Panjang: 2 Meter
Lebar: 1 Meter
Ukuran tempat pakan:
Panjang:
Lebar:
TERNAK KONTROL
Ternak no.213
PENGAMATAN:
Gigi: 4 Pasang
Jenis kelamin:jantan
Operasi Paha: Sebelah Kiri
Kondisi ternak:sehat,Gemuk.
Kondisi Mata:cerah,tidak ada air ditepi matanya
Kehalusan Bulu:Halus
Warna Bulu:Coklat di Campur Putih
Ukuran kandang:
Panjang: 2 Meter
Lebar: 1 Meter
Ukuran tempat pakan:
Panjang:
Lebar:
Ternak no.224
PENGAMATAN:
Gigi: 4 Pasang
Jenis kelamin:jantan
Operasi Paha: Sebelah Kiri
Kondisi ternak:sehat,Gemuk.
Kondisi Mata:cerah,tidak ada air ditepi matanya
Kehalusan Bulu:Halus
Warna Bulu:Coklat di Campur Putih
Ukuran kandang:
Panjang: 2 Meter
Lebar: 1 Meter
Ukuran tempat pakan:
Panjang:
Lebar:
PEMBAHASAN
Percobaan kecernaan dibedakan menjadi dua periode, yaitu periode pendahuluan dan periode koleksi. Periode pendahuluan berlangsung selama 7 hari sampai 10 hari dan periode koleksi selama 5 hari sampai 15 hari (Tillman et al. 2001). Menurut Church dan Pond (2004) periode pendahuluan berlangsung 4 sampai 10 hari, dan koleksi 4 sampai 10 hari. Bahwa tingkat konsumsi yang konsisten ditetapkan selama periode pendahuluan untuk menghindari fluaktuasi ekskresi yang dramatis, dan perbedaan jumlah feses dapat menyebabkan kesalahan dalam percobaan ini. Selama percobaan tersebut feses dikumpulkan, di timbang, dan dianalisis untuk mengetahui zat-zat makanannya.
Pelaksanaan In vivo dibagi menjadi 3 periode yaitu periode adaptasi, pendahuluan, dan koleksi. Periode adaptasi bertujuan untuk mengadaptasikan ternak dengan pakan yang akan diuji kecernaan serta penggunaan metabolism kit. Periode ini berlangsug kurang lebih 7 sampai 15 hari. Periode pendahuluan bertujuan untuk menjajaki jumlah pakan yang dimakan serta feses dan urine yang dikeluarkan. Pemberian obat cacing untuk memastikan bahwa tidak ada kontaminasi pada proses pencernaan. Periode berlangsung selama 7 hari. Dalam periode ini pengambilan data sudah dimulai.
Daya cerna campuran bahan pakan tidak selalu sama dengan rata-rata daya cerna komponen bahan-bahan yang menyusunnya. Hal ini desebabkan karena adanya efek asosiasi pakan. Daya Cerna Semu Protein Kasar, hal ini tergantung persentase protein kasar dalam pakan, oleh karena itu N2 metabolik konstan tambah jumlahnya. Perlakuan Pakan, perlakuan pakan terhadapbahan pakan seperti pemotongan, penggilingan, dan pemasakan mempengaruhi daya cernanya.
Pada percobaan ini, satu hal yang perlu diketahui adalah seleksi rerumputterutama besarnya selektifitas, yang dihubungkan dengan pemberian pakan berlebihan dan pengaruh kecernaan pakan.Karena percobaan kecernaan adalah mahal serta memerlukan banyak tenaga, maka telah dikembangkan metode laboratorium yaitu estimasi kecernaan secara in-vitro. Kecernaan invivodapat diprediksi daya cernanya secara lebih sempurna (mendekati kenyataan) yang dikenal dengan metode Tilley dan Terry, dimanapakan diinkubasikan di dalam buffer dan cairan rumen pada kondisi anaerob selama 48 jam. Tahap yang kedua, mikroba rumen dimatikan dengan asam hidrokhlorida sampai pH sekitar 2, selanjutnya dicerna dengan pepsin dan diinkubasikan selama 24 jam. Nilai kecernaan in-vitro umumnya lebih rendah dari pada kecernaan in-vivo.Maka untuk sekelompok bahan pakan perlu memprediksi persamaan untuk menghubungkan antara nilai in-vitro dan in-vivo.
Jadi dalam evaluasi pakan, disamping kandungan zat makanan suatu pakan kita juga harus mempertimbangkan jumlah pakan yang dikonsumsi dan daya cernanya oleh suatu ternak. Secara umum pengukuran daya cerna suatu bahan pakan terdiri dari dua cara, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Pengukuran daya cerna secara langsung ini menggunakan ternak sebagai hewan percobaan. Pengukuran ini meliputi pengukuran daya cerna secara ini vivo, teknik indikator, dan teknik kantong nylon.
Periode koleksi, pengumpulan data dimulai dengan kegiatan sebagai berikut :
1. Sebelum koleksi dimulai peralatan seperti kandang, tempat pakan, tempat feses dan urine dibersihkan.
2. Ternak sudah diketahui berat badannya untuk perkiraan pakan yang dibutuhkan. Disamping itu untuk mengetahui kenaikan atau penurunan berat badan ternak yang diuji (berkaitan dengan pengaruh pemberian pakan terhadap performa ternak).
3. Koleksi feses dan urine dilakukan pada pagi hari sebelum ternak diberi pakan serta ditimbang beratnya. Khususnya untuk penampung urine, diberikan pengawet Asam Sulfat.
4. Koleksi pakan dimulai dua hari sebelum koleksi feses dimulai dan diakhiri dua hari sebelum koleksi feses berakhir.
5. Periode koleksi biasanya berlangsung selama 7 hari, tergantung kebutuhan dan keadaan. Pemberian pakan dan minum secara ad libitum.
Kontrol
perlakuan
KONSUMSI KONSENTRAT (kg KU)
HARI KE
NO BB (Kg)
1 2 3 4 5 6 7 rata2 kg/hari
229 200 3,6 2,5 3,6 3,6 2,2 3,0 3,8 3,2
210 192,5 1,4 2,6 1,3 2,6 1,4 2,6 2,4 2,0
224 145 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
213 217 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
KONSUMSI RUMPUT ( kg SEGAR)
HARI KE
NO BB (kg) RATA2 (kg/hari)
1 2 3 4 5 6 7 rata2 kg/hari
229 200 2,0 4,6 2,0 2,0 1,0 2,0 2,0 2,2
210 192,5 2,0 3,1 2,0 2,0 1,0 2,0 2,0 2,0
224 145 19,9 7,0 20,8 20,8 22,5 19,2 20,2 18,6
213 217 15,1 5,2 18,1 17,8 20,4 20,1 19,0 16,5
BOBOT FESES (kg SEGAR)
HARI KE
NO BB (kg)
1 2 3 4 5 6 7 rata2/kg/hari
229 200 5,2 4,6 4,4 4,3 4,8 5,0 4,5 4,7
210 192,5 2,1 3,1 3,2 2,0 2,6 3,3 3,5 2,8
224 145 7,3 7,0 6,9 5,0 6,4 6,9 7,0 6,6
213 217 4,0 5,2 6,4 5,7 6,3 7,3 5,3 5,7
KONSUMSI KONSENTRAT (Kg BK), KADAR BK = 86 %
HARI KE
NO BB (kg)
1 2 3 4 5 6 7 rata2 kg/hari
229 200 3,1 2,2 3,1 3,1 1,9 2,6 3,3 2,7
210 192,5 1,2 2,2 1,1 2,2 1,2 2,2 2,1 1,8
224 145 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
213 217 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
KONSUMSI RUMPUT (Kg BK), KADAR BK = 17 %
HARI KE
NO BB (Kg)
1 2 3 4 5 6 7 rata2 kg/hari
229 200 0,3 0,8 0,3 0,3 0,2 0,3 0,3 0,4
210 192,5 0,3 0,5 0,3 0,3 0,2 0,3 0,3 0,3
224 145 3,4 1,2 3,5 3,5 3,8 3,3 3,4 3,2
213 217 2,6 0,9 3,1 3,0 3,5 3,4 3,2 2,8
TOTAL KONSUMSI BK (Kg)
HARI KE
NO BB (Kg)
1 2 3 4 5 6 7 rata2 kg/hari
229 200 3,4 2,9 3,4 3,4 2,1 2,9 3,6 3,1
210 192,5 1,5 2,8 1,5 2,6 1,4 2,6 2,4 2,1
224 145 3,4 1,2 3,5 3,5 3,8 3,3 3,4 3,2
213 217 2,6 0,9 3,1 3,0 3,5 3,4 3,2 2,8
TOTAL BK FESES (Kg)
HARI KE
NO BB (Kg)
1 2 3 4 5 6 7 rata2 kg/hari
229 200 1,2 0,7 0,7 1,0 1,1 1,2 1,0 1,0
210 192,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,6 0,8 0,8 0,6
224 145 1,7 1,1 1,0 0,8 1,0 1,0 1,1 1,1
213 217 0,9 0,8 1,0 0,9 0,9 1,1 0,8 0,9
Konsumsi konsentrat
Perlakuan
Sapi no : 229
Hari :
86/100 x 3,6=3,096 ⇾3,1
86/100 x 2,5=2,15 ⇾2,2
86/100 x 3,6 = 3,01
86/100 x 3,6 = 3,01
86/100 x 2,2 = 1,9
86/100 x 3,0 = 2,6
86/100 x 3,8 = 3,3
Sapi no : 210
Hari :
86/100 x 1,4 = 1,2
86/100 x 2,6 = 2,2
86/100 x 1,3 = 1,1
86/100 x 2,6 = 2,2
86/100 x 1,4 = 1,2
86/100 x 2,6 = 2,2
86/100 x 2,4 = 2,1
Konsumsi rumput
Perlakuan
Sapi no : 229
Hari :
17/100 x 2,0 = 0,3
17/100 x 4,6 = 0,8
17/100 x 2,0 = 0,3
17/100 x 2,0 = 0,3
17/100 x 1,0 = 0,2
17/100 x 2,0 = 0,3
17/100 x 2,0 = 0,3
Sapi no :210
Hari :
17/100 x 2,0=0,3
17/100 x 3,1 = 0,5
17/100 x 2,0 = 0,3
17/100 x 2,0 = 0,3
17/100 x 1,0 = 0,2
17/100 x 2,0 = 0,3
17/100 x 2,0 = 0,3
Kontrol
Sapi no : 224
Hari :
17/100 x 19,9 = 3,4
17/100 x 7,0 = 1,2
17/100 x 20,8 = 3,5
17/100 x 20,8 = 3,5
17/100 x 22,5 = 3,8
17/100 x 19,2 = 3,3
17/100 x 20,2 = 3,4
Sapi no : 213
Hari :
17/100 x 15,1 = 2,56 7. 17/100 x 19,0 = 3,23
17/100 x 5,2 = 0,88
17/100 x 18,1 = 3,07
17/100 x 17,8 = 3,02
17/100 x 20,4 = 3,46
17/100 x 20,1 = 3,41
Total BK feses (kg)
Perlakuan
Sapi no : 229
Hari :
17/100 x 5,2 = 1,5
17/100 x 4,6 = 1,05
17/100 x 4,4 = 1,01
17/100 x 4,3 = 0,989
17/100 x 4,8 = 1,10
17/100 x 5,0 = 1,2
17/100 x 4,5 = 1,03
Sapi no : 210
Hari :
23/100 x 2,1 = 0,48
23/100 x 3,1 = 0,71
23/100 x 3,2 = 0,7
23/100 x 2,0 = 0,46
23/100 x 2,6 = 0,6
23/100 x 2,3 = 0,52
23/100 x 3,5 = 0,8
Kontrol
Sapi no : 224
Hari :
15/100 x 7,3 = 1,1
15/100 x 7,0 = 1,05
15/100 x 6,9 = 1,03
15/100 x 5,0 = 0,75
15/100 x 6,4 = 0,96
15/100 x 6,9 = 1,035
15/100 x 7,0 = 1,1
Sapi no : 213
Hari :
15/100 x 4,0 = 0 ,6
15/100 x 5,2 = 0,78
15/100 x 6,4 = 0,96
15/100 x 5,7 = 0,85
15/100 x 6,3 = 0,94
15/100 x 7,3 = 1,09
15/100 x 5,3 = 0,79
Total konsumsi BK (kg)
Perlakuan : rumput + konsentrat
Sapi no : 229
Hari :
0,3 + 3,1 = 3,4
0,8 + 2,2 = 3,0
0,3 + 3,1 = 3,4
0,3 + 3,1 = 3,4
0,2 + 1,9 = 2,1
0,3 + 2,6 = 3,9
0,3 + 3,3 = 3,6
Sapi no : 210
Hari :
0,3 + 1,2 = 1,5
0,3 + 2,2 = 2,7
0,3 + 1,1 = 1,4
0,3 + 2,2 = 2,5
0,2 + 1,2 = 1,4
0,3 + 2,2 = 2,5
0,3 + 2,1 = 2,4
Kontrol : rumput segar
Sapi no : 224
3,4
1,2
3,5
3,5
3,8
3,3
3,4
Sapi no : 213
2,6
0,9
3,1
3,0
3,5
3,4
3,2
Kecernaan BK :
(BK inteke-BK feses )/(BK intake) x 100 %
Sapi no : 229
Hari :
(3,4-1,2 )/(3,4) x 100 % = 64,70 %
(2,9-0,7 )/(2,9) x 100 % = 75,86 %
(3,4 -0,7 )/(3,4) x 100 % = 79,41 %
(2,9-1,0 )/(2,9) x 100 % = 70,58 %
(2,1-1,1 )/(2,1) x 100 % = 47,61 %
(2,9-1,2 )/(2,9) x 100 % = 58,62 %
(3,6-1,0 )/(3,6) x 100 % = 72,22 %
Sapi no : 210
Hari :
(1,5-0,5 )/(1,5) x 100 % = 66,66 %
(2,8-0,5 )/(2,8) x 100 % = 82,14 %
(1,5-0,5 )/(1,5) x 100 % = 66,66 %
(2,6-0,5 )/(2,6) x 100 % = 80,76 %
(1,4-0,6 )/(1,4) x 100 % = 57,14 %
(2,6-0,8 )/(2,6) x 100 % = 69,23 %
(2,4-0,8 )/(2,4) x 100 % = 66,66 %
Sapi no : 224
Hari :
(3,4-1,7 )/(3,4) x 100 % = 50 %
(1,2-1,1 )/(1,2) x 100 % = 8,33 %
(3,5-1,0 )/(3,5) x 100 % = 71,42 %
(3,5-0,8 )/(3,5) x 100 % = 77,14 %
(3,8-1,0 )/(3,8) x 100 % = 73,68 %
(3,3-1,0 )/(3,3) x 100 % = 69,69 %
(3,4-1,1 )/(3,4) x 100 % = 67,64 %
Sapi no : 213
Hari :
(2,6-0,9 )/(2,6) x 100 % = 65,38 %
(0,9-0,8 )/(0,9) x 100 % = 11,11 %
(3,1-1,0 )/(3,1) x 100 % = 67,74 %
(3,0-0,9 )/(3,0) x 100 % = 70 %
(3,5-0,9 )/(3,5) x 100 % = 74,28 %
(3,4-1,1 )/(3,4) x 100 % = 67,64 5
(3,2-0,8 )/(3,2) x 100 % = 75 %
KESIMPULAN
1. Penghitungan metode In Vivo ini dengan cara mengurangi konsumsi dengan sisa pakan, yaitu dengan mengukur banyaknya pakan yang dikeluarkan lewat feces. Pakan yang dikonsumsi merupakan selisih antara jumlah pakan yang diberikan dan jumlah pakan yang tersisa.
2. Pelaksanaan In vivo dibagi menjadi 3 periode yaitu periode adaptasi, pendahuluan, dan koleksi. Periode adaptasi bertujuan untuk mengadaptasikan ternak dengan pakan yang akan diuji kecernaan.
3. Dalam evaluasi pakan, disamping kandungan zat makanan suatu pakan juga harus mempertimbangkan jumlah pakan yang dikonsumsi dan daya cernanya oleh suatu ternak.
Saran
Adapun saran dari kelompok 19 adalah bagi para praktikan harus serius pada saat praktikum dan juga harus bertanggung jawab atas tugas-tugas/laporan yang telah dibagi-bagikan.terimaksih, selamat bekerja....
DAFTAR PUSTAKA
Cetakan pertama. Gadjah Mada University press. Yogyakarta.
http:// www.fapet-ugm.ac.id/files/pdf
Subandriyo et al. 2000. Pendugaan kualitas bahan pakan untuk teroak ruminansia. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.
http :// www.fapet-ipb.ac.id/files/edu
Sodiq & Abidin. 2002. Pengaruh Umur Pemotongan Spesies Rumput terhadap Produksi Komposisi Kimia Kecernaan In Vitro dan In Sacco. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
http:// www.fapet-ugm.ac.id/files/pdf
Tillman,A.D,.H.Hartadi,S. Reksohadiprodjo. 2001.Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University press. Yogyakarta.
http:// www.fapet-ugm.ac.id/files/pdf