TEKNIS BETERNAK AYAM BURAS
I.
MENGENAL AYAM BURAS
Ayam
buras atau ayam kampung ada juga yang menyebut ayam lokal atau ayam sayur. Di
beberapa daerah pemberian nama ayam buras selain berdasarkan asal daerah ayam
juga berdasarkan pada besar dan bentuknya. Beberapa jenis ayam buras di
Indonesia yang mempunyai potensi untuk dikembangkan antara lain :
1. Ayam
Kedu
Jenis ayam ini berasal dari daerah Kedu, kabupaten Temanggung
Jawa Tengah, yang terdiri dari dua macam yaitu ayam kedu hitam dan kedu putih.
Ayam Kedu hitam mempunyai warna bulu hitam dengan balung tunggal berwarna
hampir hitam atau merah, warna kaki hitam. Ayam Kedu putih bentuknya sama
dengan White Leghorn, kaki dan bulu pitih, balung tunggal berwarna merah. Ayam
kedu cukup potensial sebagai jenis petelur yang baik.
2.
Ayam Pelung.
Jenis ayam ini berasal dari Kabupaten Cianjur, Jawa barat.
Ayam Pelung sudah dikembangkan sebagai hobi sejak tahun 1930. Ayam ini
berukuran besar dengan kaki yang sangat panjang, warna bulu beraneka ragam pada
umumnya abu-abu sampai hitam. Pelung jantan sangat digemari oleh masyarakat
karena dapat berkokok engan mengeluarkan suara yang tinggi dan panjang. Ayam
pelung dapat diarahkan sebagai jenis pedaging.
3. Ayam
Nunukan
Jenis ayam ini berasal dari Tarakan, Kalimantan Timur.
Ukurannya kecil dengan kaki yang pendek, pertumbuhan bulu lebat dan berwarna
coklat merah, paruh, kulit dan kaki berwarna kuning dan mempunyai balung
(jengger) tunggal. Walau tubuhnya relatip kecil tapi merupakan jaenis ayam
petelur yang baik.
4. Ayam Buras Biasa
Jenis ayam ini biasa disebut ayam kampung atau ayam sayur
yang mempunyai betuk dan ciri-ciri campuran dari jenis kedu, pelung atau
nunukan. Ayam buras mempunyai peranan sebagai penghasil daging dan telur.
Selain
ayam-ayam lokal yang mempunyai potensi produksi daging dan telur di beberapa
daerah banyak dipelihara ayam lokal lain yang seperti ayam cemani, Walik,
sentul, bekisar, merawang dan lain-lainnya.
Tingkat
pertumbuhan ayam buras relatif lambat dan ini berpengaruh nyata terhadap
produksi telurnya. Produksi telur ayam buras masih sangat rendah, dibandingkan
dengan ayam ras, namun daya tetas ayam buras tinggi menunjukkan fertilitas
bukanlah merupakan persoalan. Pengeraman secara alamiah nampaknya lebih efisien
dan bukan merupakan faktor pembatas terhadap produksi. Produksi telur ayam
buras pada kondisi pedesaan adalah induk yang tidak mengerami telurnya, adalah
sekitar 132 butir per ekor per tahun; induk mengeram dan setelah menetaskan
anak dipisahkan dari induknya, berproduksi telur sekitar 115 butir per ekor per
tahun dan induk ayam yang mengeram dan mengasuh anaknya sampai lepas sapih,
produksi telurnya hanya 52 butir per ekor per tahun dengan berat telur berkisar
45 gram. Sedangkan produksi telur ayam ras dapat mencapai 200-300 butir per
tahun.
II. SISTEM PEMELIHARAAN AYAM BURAS
Umumnya
sistem pemeliharaan ayam buras masih sederhana, namun demikian sistem budidaya
ayam buras yang berkembang saat ini dapat dibedakan menjadi 3 sistem
pemeliharaan yaitu :
2.1. Sistem
Pemeliharaan Ayam Buras Secara Tradisioal
Sistem
pemeliharaan ini biasa dilakukan oleh sebagian besar petani pedesaan dengan
skala pemeliharaan rata-rata 3 ekor induk per petani. Ayam buras dipelihara
dengan cara dibiarkan lepas, petani kurang memperhatikan aspek teknis dan
perhitungan ekonomi usahanya. Pemeliharaan bersifat sambilan, dimana pakan ayam
buras tidak disediakan secara khusus hanya mengandalkan sisa-sisa hasil pertanian.
Ada juga petani yang memberikan dedak padi tetapi tidak secara teratur. Sistem
perkandangan kurang diperhatikan, ada yang dikandangkan didekat dapur, dan ada
yang hanya bertengger di dahan pohon-pohonan pada malam hari. Pada pemeliharaan
secara tradisional sering terjadi gangguan binatang liar, tingkat kematian ayam
dapat mencapai 56% terutama pada anak ayam sampai umur 6 minggu, produksi telur
rendah (47 butir per induk per tahun), walaupun pemanfaatannya cukup berarti
bagi petani.
2.2. Sistem Pemeliharaan
Secara Semi Intensif
Yang
dimaksud dengan sistem pemeliharaan secara semi intensif adalah pemeliharaan
ayam buras dengan penyediaan kandang dan pemisahan anak ayam yang baru menetas
dari induknya dengan skala usaha rata-rata 9 ekor induk per petani. Selama
pemisahan ini, anak ayam perlu diberi pakan yang baik (komersial atau buatan
sendiri). Biasanya pakan tambahan diberikan sebelum ayam dilepas di pekarangan
atau dikebun untuk mencari pakan sendiri. Pakan tambahan hanya diberikan
sebanyak 25 gram per ekor per hari atau 25% dari kebutuhan pakan yang
dipelihara secara intensif per ekor per hari. Pada pemeliharaan secara semi
intensif ini tingkat kematian ayam dapat mencapai 34% terutama pada anak ayam
sampai umur 6 minggu dan produksi telur dapat mencapai 59 butir per ekor per
tahun.
2.3. Sistem
Pemeliharaan Secara Intensif
Pemeliharaan
secara intensif ini artinya ayam buras yang dipelihara petani
dikurung/dikandangkan sepanjang hari, dengan skala usaha rata-rata 18 ekor
induk ayam per petani. Cara pemeliharaan ini tidak jauh beda dengan sisitem
pemeliharaan secara semi intensif, namun bedanya pakan diberikan secara penuh
yaitu 100 gram per ekor per hari. Pada cara ini petani harus secara terus
menerus menangani usahanya, karena aspek komersial dari usaha ini sangat
ditekankan dimana pengeluaran modal cukup banyak terutama untuk pembelian
pakan. Dengan cara ini produkstifitas dan pemanfaatan ayam buras oleh petani
meningkat. Pada sistem pemeliharaan secara intensif ayam betina tidak diberikan
kesempatan ayam betina mengerami telurnya. Telur dieramkan oleh ayam-ayam yang
khusus dipelihara sebagai penetas telur atau ditetaskan dengan menggunakan
mesin tetas. Pada pemeliharaan secara semi intensif ini tingkat kematian ayam
mencapai 27% terutama pada anak ayam sampai umur 6 minggu dan produksi telur
dapat mencapai 103 butir per ekor per tahun
Gambar 5. Contoh denah halaman dan kandang yang dikelilingi
pagar pada sistem pemeliharaan ayam buras secara semi intensif dan intensif.
Perbandingan
antara jantan dan betina adalah 1 : 7-8 atau 1 : 10, artinya 1 ekor pejantan
dapat melayani 7 sampai 8 ekor betina atau 1 ekor pejantan dapat melayani 10
ekor induk. Ayam pejantan perlu istirahat untuk menjaga kondisi agar tetap
sehat dan subur. Lama istirahat biasanya satu minggu dalam waktu satu bulan
dengan cara dikurung terpisah dari betina. Bila ayam jantan cukup banyak,
istirahat dilakukan secara bergiliran. Untuk mencegah terjadinya penurunan
produksi pada generasi berikutnya maka dianjurkan perkawinan jangan secara acak
dan hindarkan perkawinan antar sesame seketurunan. Seleksi sederhana harus
dilakukan secara terus menerus pada tiap generasi agar produksi yang diperoleh
tidak mengalami penurunan.
3.2. Kandang.
Kandang
merupakan salah satu syarat bagi kelangsungan hidup ayam. Fungsà kandang bagi
ternak ayam terutama untuk melindungi dari hujan, terpaan angin, panas dan
gangguan binatang buas. Selain itu berfungsi sebagai tempat tidur dan yang
utama hadala sebagai tempat berkembang biak. Ukuran kandang ayam buras biasanya
2m x 3m untuk menampung 40 ekor anak ayam sampai umur 2-3 bulan atau dapat
untuk menampung 30 ekor ayam dewasa.
Persyaratan
Pembuatan Kandang :
1. Tempat/lokasi kandang harus kering
2. Tidak mudah tergenang air
3. Tidak menyatu dengan rumah
4. Mempunyai ventilasi yang baik
5. Sehat dan bersih
6. Cukup mendapat sinar matahari pagi
7. Kokoh dan kuat
serta atap tidak bocor.
Bahan
kandang :
Pilih
bahan kandang tidak ada disekitar lokasi, yaitu untuk :
- Rangka kandang dibuat dari bambu atau kayu gelam.
- Atap kandang dibuat dari rumbia, ijuk atau alang-alang.
- Dinding kandang dapat dibuat dari bambu, papan rempesan, kayu gelam
atau kawat ram.
- Alas kandang
dapat dibuat :
a) Untuk
lantai kandang bisa berupa lantai tanah yang telah dipadatkan atau disemen dan
ditaburi dengan sekam atau serbuk gergaji setebal 6 cm.
b) Lantai
panggung bertumpu pada tiang dan antara tanah dengan lantai ada ruang (kolong)
untuk menampung kotoran ayam. Untuk daerah pedesaan padat penduduk lantai model
ini lebih dianjurkan karena akan lebih mudah penangannya dan lebih menghemat
lahan dan biaya.
Peralatan
kandang :
(a). Tempat pakan
dan minum
·
Tempat pakan dan minum dapat dibuat dari bahan
yang tidak mudah berkarat.
·
Bahan-bahan yang dapat digunakan adalah belahan
bambu, paralon, plastik atau papan.
·
Tempat minum seperti halnya tempat pakan dapat
dibuat dari bambu yang dipotong, kaleng plastik, atau kaleng-kaleng bekas yang
tidak berkarat.
·
Untuk ayam yang dipelihara secara intensif,
tempat pakan dan minum sebaiknya diletakkan di dalam kandang pada dinding
kandang bagian dalam dan sedikit lebih tinggi dari permukaan lantai agar ayam
tidak mencakar-cakar atau pakan bercampur kotoran.
·
Untuk ayam yang dipelihara secara semi intensif
pakan dan air minum dapat ditempatkan di luar kandang atau halaman asalkan
tidak terkena langsung sinar matahari dan air hujan.
(b). Tempat
bertengger.
Fungsi tempat bertengger adalah agar ayam dapat
tidur secara teratur pada malam hari. Tempat bertengger sebaiknya disediakan
yang cukup agar ayam tidak saling bertindih dan badan ayam tidak terkena
kotoran ayam. Tempat bertengger dapat dibuat dari bambu atau kayu.
(c). Sangkar
bertelur/pengeraman.
·
Sangkar diperlukan untuk mencegah ayam bertelur
dilantai yang dapat menyebabkan telur menjadi kotor atau pecah terinjak oleh
induk ayam lainnya.
·
Sangkar bertelur/pengeraman dibuat dari bahan
yang mudah, murah dan tersedia ditempat misalnya dari kotak gardus bekas, kotak
kayu bekas, bambu yang dibuat seperti kukusan, baskom bekas, ember bekas dll.
Alas sangkar dilapisi dengan bahan lembut seperti sekam, jerami padi, rumput
kering, kertas bekas, kain-kain bekas atau bahan lainnya, agar ayam bertelur
dengan nyaman dan telur tidak pecah.
·
Sangkar bertelur/pengeraman dibuat jangan
terlalu cekung atau terlalu datar agar induk mudah membalik telurnya.
·
Ukuran sangkar bentuk kotak panjang 35 cm, lebar
35 cm dan tinggi (dalam) 35 cm. Tinggi sangkar dari lantai ± 50 cm. Untuk
sangkar berbentuk bulat diameter ± 50 cm, terbuat dari bambu bisa dibuat
berdiri (60-75) cm diatas lantai dengan satu tiang dari bambu.
·
Usahakan tempat pengeraman sebelum digunakan
terlebih dahulu disemprot dengan air kapur atau air tembakau untuk
menghilangkan kemungkinan gangguan kutu ayam.
·
Sangkar bertelur sebaiknya ditempatkan di dalam
kandang dalam posisi agak gelap dan teduh, misalnya di sudut atau bagian
belakang kandang karena pada saat hendak bertelur atau mengeram ayam
menghendaki suasana tenang dan agak gelap.
·
Jumlah sangkar sebaiknya sama dengan jumlah
induk ayam yang sedang bertelur.
Gambar
13. Sangkar ayam buras yang terbuat dari bamboo.
3.3. Cara
Pemberian Pakan
Pemeliharaan
ayam buras secara tradisional, pemberian pakan biasanya tidak dilakukan secara
rutin hanya kadang-kadang saja. Biasanya ayam buras dibiarkan hidup berkeliaran
di sekitar rumah, mencari pakan sendiri dan dikandangkan (dikurung) pada sore
dan malam hari. Peternak biasanya lebih memperhatikan kondisi ayam pada saat
siap bertelur atau layak untuk dijual. Pada sistem pemeliharaan secara
tradisional ayam buras akan berusaha mencukupi kebutuhan gizinya dari berbagai
sumber bahan pakan yang tersedia di lingkungannya. Pada sistem pemeliharaan
ayam buras secara semi intensif peternak memberikan pakan tambahan pada ayam
burasnya sedangkan pada sistem pemeliharaan secara intensif pakan sepenuhnya
disediakan peternak.
Fungsi pakan
bagi ayam buras :
1.
Untuk pertumbuhan, dari anak ayam menjadi ayam
dewasa.
2.
Untuk mempertahankan hidup, artinya walau
pertumbuhannya sudah mencapai optimal, tetapi didalam hidupnya ayam masih
membutuhkan makanan. Makanan tersebut digunakan untuk mempertahankan hidupnya.
3.
Untuk produksi, artinya selain makanan digunakan
untuk pertumbuhan dan mempertahankan hidup, makanan yang diberikan pada ayam
digunakan untuk berproduksi. Produksi utama dari ayam buras adalah daging dan
telur.
Jenis bahan
pakan tambahan untuk ayam buras yaitu :
Jagung
kuning, kacang-kacangan, ubi jalar, singkong, gaplek, onggok, sagu, juga dapat
memanfaatkan sisa-sisa limbah berupa dedak padi, meniran, ampas tahu, limbah
ikan baik limbah ikan asin maupun limbah ikan segar , gabah hampa, sisa dapur
(sayur-sayuran), sisa-sisa makanan, keong mas, bekicot, cacing dll.
Cara
Pemberian pakan pada ayam buras yang dipelihara secara intensif :
1. Ayam
buras umur 1-7 hari Pakan harus tersedia sepanjang hari dan tidak terbatas
jumlahnya (ad libitum). Cara pemberian pakan sebaiknya 3-4 kali sehari.
Tempat pakan sebaiknya berbentuk datar seperti tampah, agar ayam-ayam dapat
menjangkau pakan di dalamnya.
2. Ayam
buras umur 1 minggu-10 minggu
Untuk
ayam umur 1 minggu sampai 10 minggu dapat digunakan makanan ayam ras starter
dicampur dedak padi dengan perbandingan 1:1 atau dengan memberikan jagung
giling halus dicampur dedak padi dengan perbandingan 2:1 ditambah dengan limbah
ikan asin atau segar/serangga/keong mas/cacing dll. Jumlah pakan yang diberikan
± 20-50 gram per ekor per hari, dengan kandungan protein 14-15%
3. Ayam
buras berumur 10 minggu-12 minggu.
·
Setelah ayam berumur 10 sampai 12 minggu, anak
ayam mulai secara bertahap dapat dilepas dengan ayam lainnya.
·
Untuk ayam buras umur 10 minggu sampai 12 minggu
jenis pakan yang diberikan dapat berupa jagung giling, dedak, nasi, gabah,
limbah ikan dll. Jumlah pemberiannya bertambah yaitu ± 50 – 70 gram per ekor
per hari, dengan kandungan protein 14-15%, sebagai contoh pakan ayam buras umur
10 minggu-12 minggu dedak padi 45%, jagung 30%, limbah ikan/keong
mas/bekicot/cacing /konsentrat 20 % dan hijauan 5 %.
4. Ayam
buras berumur 12 minggu - 20 minggu (ayam dara).
Laju pertumbuhan ayam dara lebih cepat daripada anak ayam.
Oleh karena itu kebutuhan pakan lebih banyak baik kandungan gizinya maupun
jumlah pakannya. Pakan ayam dara secara fisik ukuran butirannya lebih besar
daripada pakan untuk anak ayam. Jenis pakan yang diberikan dapat berupa jagung,
dedak, nasi, potongan-potongan gaplek, sayuran, limbah ikan, keong mas, cacing
dll, yang diberikan pada pagi dan sore hari sebelum ayam dikeluarkan dari
kandang (untuk pemeliharaan secara semi intensif). Jumlah pemberian pakan 70
gram – 100 gram per ekor per hari dengan kandungan protein 10-14%. Sebagai
contoh susunan pakan ayam buras dara dedak padi 55%, jagung kuning 34% dan
limbah ikan/keong mas/cacing/bekicot 7 % dan hijauan 4%
5. Pakan
ayam betina dewasa umur diatas 20 minggu.
Gizi pakan ayam dewasa sebagian besar dipergunakan untuk
produksi telur sehingga kualitas dan kontinuitas pakan yang diberikan sangat
mempengaruhi produksi telur. Fluktuasi produksi telur terjadi apabila terlalu
sering mengganti pakan. Oleh karena itu apabila terjadi perubahan pakan
sebaiknya dilakukan secara bertahap. Untuk mendapatkan produksi telur yang
tinggi diperlukan pakan yang kandungan gizinya sesuai dengan kebutuhan ayam
yaitu mengandung protein kasar 14 % - 24%. Sebagai contoh susunan pakan ayam
buras betina dewasa terdiri dari dedak padi 45 %, jagung kuning 20 %,
nasi/meniran/gabah/gaplek 10 %, limbah ikan asin/keong mas/bekicot/cacing 20 %,
sayuran 5%. Jumlah pemberian ± 150 gram per ekor per hari.
3.4. Pemberian
Air Minum
Kebutuhan
nutrisi/gizi lain yang kadang-kadang dilupakan adalah air minum. Air minum
sangat penting dibutuhkan dalam tubuh ternak karena air sangat vital untuk
berjalannya fungsi tubuh yang normal. Air merupakan bahan dasar dari darah,
cairan antar dan dalam sel tubuh yang berfungsi untuk transportasi zat gizi
serta sisa-sisa pembakaran dalam tubuh. Disamping itu air mempunyai fungsi yang
sangat penting dalam pengaturan suhu tubuh.
Kandungan
air dalam tubuh anak ayam sehari sekitar 85% dan kandunagn ini sedikit menurun
dengan peningkatan umur dan mencapai 55% pada tubuh ayam berumur 42 minggu.
Sehingga ayam membutuhkan air minum yang bersih untuk pertumbuhan optimal,
untuk produksi dan untuk proses pencernakan makanan. Oleh karena itu air minum
harus selalu tersedia, karena kekurangan air minum sampai 20 % dari kebutuhan
sehari-hari dapat menyebabkan penurunan produksi baik produksi telur maupun
daging.
Ayam buras umur 1-2 hari sebaiknya air minum diberi
gula pasir dengan perbandingan 1 liter air dan 2 sendok makan gula pasir.
Sedangkan untuk ayam umur 2-7 hari air minum dapat dicampur dengan Vitachik
(obat anti stress).
IV. PENGENDALIAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT
Dalam
usaha ternak ayam yang sangat penting diperhatikan oleh para peternak adalah
pengendalian penyakit, sebab ada beberapa jenis penyakit apabila sudah
menyerang akan menimbulkan kematian yang cukup tinggi terutama penyakit tetelo
dan penyakit flu burung. Kedua penyakit ini belum ada pengobatannya, yang ada
baru vaksinnya, sehingga kedua penyakit ini dalam usaha ternak perlu dilakukan
pencegahan.
Dalam
usaha ternak ayam buras biasanya tingkat kematian tertinggi terjadi pada anak
ayam. Untuk menekan tingkat kematian ayam buras terutama kematian anak ayam
buras dalam kandang indukan maka perlu diperhatikan tentang kebersihan, tidak
lembab, pakan dan air minum tidak tercampur kotoran dan vaksinasi.
Penyakit-penyakit
Yang Sering Menyerang Ayam Buras Antara Lain :
1. Penyakit
Tetelo (ND)
Penyakit
ini disebabkan oleh virus yang menyebabkan gangguan pernafasan, syaraf,
menghambat pertumbuhan dan dapat menyebabkan kematian.Tanda-tanda penyakit ini
antara lain lesu, tidak mau makan, ngantuk, ngorok/bersin dan nafas berbunyi.
Pencegahan dapat
dilakukan dengan jauhkan ayam-ayam sakit dan cucihamakan kandang dan peralatan
kandang, selalu menjaga kebersihan/sanitasi kandang dan lingkungan, berikan
makanan/minuman yang baik dan cukup, lakukan vaksinasi atau berikan obat
pencegahan tepat pada waktunya.
Hal-hal
yang perlu diperhatikan pada waktu vaksinasi adalah : (1) ayam yang akan
divaksinasi harus dalam keadaan sehat, (2) alat-alat yang akan digunakan harus
steril (spuit, pipet dan botol pencampur direndam dalam air mendidih selama 5
menit), (3) vaksin tidak boleh kena sinar matahari langsung dan harus disimpan
di tempat dingin (kulkas, termos es), (4) vaksin yang telah dicampur lebih dari
4 jam jangan digunakan lagi, (5) gunakan vaksin sesuai dengan petunjuk pemakaian,
(6) waktu vaksinasi sebaiknya dilakukan pada pagi hari atau sore hari dan di
tempat yang teduh.
Bahan-bahan
yang digunakan vaksin ND , pelarut, yaitu aquades atau Nael Fisiologis,
alat-alat spuit, pipet, botol pencampur.
Prosedur pelaksanaan vaksinasi :
1. alat-alat
disterilkan,
2. larutkan vaksin dengan pelarut, caranya pada
tutup botol pelarut tusukan jarum suntik kemudian bukalah botol vaksin. Ambil
sedikit pelarut, masukkan ke botol vaksin kocok dengan hati-hati hingga seluruh
vaksin larut betul. Bila sudah larut sempurna masukkan ke dalam botol
pencampur, dan bilas botol vaksin dengan sisa pelarut. Jumlah pelarut yang
digunakan sesuai petunjuk, (3) lakukan vaksinasi untuk anak teteskan pada mulut
atau mata anak ayam, dengan menggunakan pipet sebanyak 1 tetes atau suntikan ke
dalam otot dada sebanyak 0,5 cc untuk ayam umur 1- 4 bulan dan 1 cc untuk ayam
umur 4 bulan ke atas.
Program vaksinasi penyakit ND pada ayam buras : Periode
vaksinasi
|
Umur Ayam
|
Jenis vaksin
|
Dosis dan
aplikasi
|
Pertama (I)
|
1-4 hari
|
Strain F
|
1 tetes lewat
mata
|
Kedua (II)
|
3-4 minggu
|
Strain F
|
1 tetes lewat
mata
|
Ketiga (III)
|
2-3 bulan
|
Strain K
|
0,5 dosis
suntikan pada otot
|
Keempat (IV)
|
5-6 bulan,
diulang setiap 6 bulan
|
Strain K
|
1dosis suntikan
pada otot
|
2. Penyakit Flu
Burung
Penyakit
ini disebabkan oleh virus dan dapat menyebabkan kematian secara mewabah, tanda-tanda
penyakit ini adalah :
(1)
jengger, pial, kulit perut yang tidak ditumbuhi bulu berwarna biru keunguan,
(2)
kadang-kadang ada cairan dari mata dan hidung,
(3)
pembengkakan di daerah bagian muka dan kepala,
(4)
pendarahan di bawah kulit,
(5)
pendarahan titik pada daerah dada, kaki dan telapak kaki,
(6)
batuk, bersin dan ngorok dan
(7)
ayam mengalami diare dan tingkat kematian tinggi.
Pencegahan/pemberantasan
flu burung, dilakukan dengan cara :
1) Peningkatan
biosekuriti yaitu desinfeksi alat dan fasilitas peternakan, dilarang
mengeluarkan unggas sakit, kotoran dan limbah peternakan, membatasi keluar dan
masuk orang ke dalam lokasi peternakan, mencegah kelur masuknya tikus dan hewan
lain ke dalam lokasi peternakan;
2) Dekontaminasi/Desinfeksi
pakan, tempat pakan/air minum, semua peralatan, pakaian pekerja kandang, alas
kaki, kendaraan dan bahan lain yang tercemar, bangunan kandang yang kontak
dengan unggas, kandang/tempat penampungan unggas, permukaan jalan menuju
peternakan/kandang/tempat penampungan unggas;
3) Tindakan
pemusnahan selektif/terbatas dilakukan terhadap unggas sehat yang sekandang
dengan unggas sakit di peternakan tertular;
4) Disposal
ayitu dilakukan pembakaran dan penguburan dengan kedalaman minimal 1,5 m
terhadap unggas mati (bangkai), karkas, telur terinfeksi, kotoran, bulu alas
kandang (sekam), pupuk dan pakan yang tercemar serta bahan dan peralatan lain
yang terkontaminasi yang tidak dapat disucihamakan secara efektif; dan
5) Vaksinasi.Vaksinasi
yang dapat dilakukan terhadapayam buras yang sehat di daerah tertular sebagai
berikut :
Program
vaksinasi flu burung pada ayam buras
Periode
vaksinasi
|
Umur Ayam
|
Dosis dan
aplikasi
|
Pertama (I)
|
4-7 hari
|
0,2 ml suntikan
dibawah kulit pada pangkal leher
|
Kedua (II)
|
4-7 minggu
|
0,5 cc suntikan
dibawah kulit pada pangkal leher/otot dada.
|
Ketiga (III)
|
12 minggu,
diulang kembali setiap 3-4 bulan sekali
|
pada pangkal
leher/otot dada.
|
Pengisian
kembali (Restocking) kandang ayam yang terserang penyakit flu burung adalah
sebagai berikut peternak diperbolehkan mengisi kandang kembali setelah 30 hari
pengosongan kandang dan harus dipastikan semua tindakan desinfeksi dan
pembakaran/penguburan sesuai prosedur
3. Penyakit
Cacar
Adalah
penyakit yang disebabkan virus dengan pembentukan kutil-kutil pada kulit
sekitar kepala. Gejala penyakit ini nampak pada bagian yang tidak berbulu yaitu
berbentuk luka atau kutil, nafsu makan hilang dan pertumbuhan merosot.
Pengobatan dan pencegahan dapat dilakukan dengan cara vaksinasi, cungkil
kutil-kutil dengan gunting dan obati atau olesi dengan yodium tintur atau
dengan obat anti infeksi, pisahkan ayam sakit dan cucihamakan kandang.
4. Penyakit
Coccidiosis (Berak darah)
Tanda-tanda
penyakit ini adalah pucat dan lesu, nafsu makan menurun, pada anak ayam
biasanya mencret bercampur darah, kadang-kadang terjadi kelumpuhan, bila
serangan penyakit ini cukup lama, ayam akan kurus dan akhirnya mati. Pengobatan
dapat digunakan Coccidiostat seperti Trisulfa.
5. Penyakit
Kolera
Penyakit
kolera dapat menular dan menyerang mendadak yang dapat mengakibatkan kematian,
penyakit ini cenderung mewabah kembali setelah sembuh dari pengobatan.
Tanda-tanda penyakit ini adalah berak warnanya hijau dan jengger kebiru-biruan.
Salah satu penyebab yang sering timbuh adalah dari pakan atau air minum yang
tercemar kotoran atau pakan yang basi. Pengobatan dapat dilakukan dengan obat
sulfa atau terramicyn.
6. Penyakit
Snot (Salesma)
Penyakit
ini disebabkan oleh bakteri dan menyerang pada ayam semua umur. Tanda-tanda
penyakit ini adalah mula-mula pada lubang hidung keluar cairan agak encer,
lama-lama mengental dan ayam sering bersin, nafsu makan menurun, di sekitar
lubang hidung biasanya agak membengkak. Pengobatan dapat digunakan
sterptomycin. Pencegahan jangan biarkan ayam memakan jeroan atau bangkai.
7. Penyakit
Coccidiosis (Berak darah)
Tanda-tanda
penyakit ini adalah pucat dan lesu, nafsu makan menurun, pada anak ayam
biasanya mencret bercampur darah, kadang-kadang terjadi kelumpuhan, bila
serangan penyakit ini cukup lama, ayam akan kurus dan akhirnya mati. Pengobatan
dapat digunakan Coccidiostat seperti Trisulfa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar