ACARA I
Pemerahan susu sapi perah,mengukur produksi susu,penyaringan dan
pembungkusan air susu
PENDAHULUAN
a.
Latar Belakang
Di masa yang lalu, para peternak sapi perah tradisional lebih banyak
menggantungkan usahanya terhadap manfaat hasil penggunaan tiga sumber daya
yaitu ternak, tanah, tenaga kerja . sedangkan sumberdaya modal dan majemen
belum mendapat perhatian atau diabaikan. Berbicara mengenai manajemen,
para ahli banyak yang telah mendefinisikannya. Betapa pentingnya aspek
manajemen ini, maka dalam dunia usaha khusunya dalam bidang peternakan sapi
perah, faktor tersebut dapat membawa ke arah keberhasilan atau kebangkrutan
usaha. Oleh karena itu manajemen merupakan kunci kegiatan yang sepenuhnya
bergabung pada kualitas manusianya sebagai subyek pemeran utama. Aspek
manajemen tidak dapat dihitung jumlahnya dan juga sulit untuk mengukur
keterampilan manajemen secara parsial. Penilaian dapat dilakukan hanya
berdasarkan hasil akhir dari suatu kegiatan, apakah manajemennya baik atau
buruk. Khususnya dalam bidang peternakan sapi perah terdapat istilah General management (tatalaksana
peternakan) dan Practical management
(tatalaksana rutin peternakan). General
management adalah pengelolaan semua faktor produksi termasuk pemasaran,
sedangkan Practical management adalah
tatakasana rutin yang dijalankan sehari-hari yang berkaitan dengan ternaknya.
b. Tujuan dan kegunaan
praktikum
Ø Tujuan praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk
memerah sapi dan mengetahui pentingnya memerah sapi sampai selesai,agar praktikkan mengetahui cara memerah.
Ø Kegunaan praktikum
Kegunaan dari
praktikum ini adalah agar kita
sebagai peraktikum bias memerah dengan baik dan profesional.
c. Tempat dan tanggal
praktikum
-
Tempat praktikum :INSIMINASI BUATAN BANYU MULEK
-
Tanggal praktikum :
2012
TINJAUAN PUSTAKA
Manajemen
Pemerahan
Pemerahan
adalah tindakan mengeluarkan susu dari
ambing. Pemerahan bertujuan untuk mendapatkan
produksi susu yang maksimal. Terdapat tiga
tahap pemerahan yaitu pra pemerahan, pelaksanaan pemerahan dan pasca
pemerahan (Syarief dan Sumoprastowo, 1990).
Tujuan dari
pemerahan adalah untuk mendapatkan jumlah susu yang maksimal dari ambingnya,
apabila pemerahan tidak sempurna sapi induk cenderung untuk menjadi kering terlalu
cepat dan produksi total menjadi menurun (Putra, 2009).
Fase
Persiapan
Sebelum pemerahan dimulai, pemerah mencuci tangan bersih-bersih dan
mengeringkannya, kuku tangan pemerah dipotong pendek agar tidak melukai
puting sapi, sapi yang akan diperah dibersihkan dari segala kotoran,
tempat dan peralatan telah disediakan dan dalam keadaan yang
bersih (Muljana, 1985).
Sebelum diperah sapi dimandikan terlebih dahulu,
ekor diikat ke kakinya agar tidak mengibas-ibas ketika diperah, pemerah
juga harus dalam keadaan sehat serta setiap puting dicek
kesehatannya (Syarief dan Harianto, 2011).
Pemerahan
Teknik
pemerahan terdiri dari dua cara yaitu teknik pemerahan tangan dan
teknik pemerahan menggunakan mesin. Teknik pemerahan dengan
tangan ada dua, yaitu dengan dua jari dan
empat jari, pemerahan dilakukan dengan cara meremas
puting dengan gerakan jari-jari tangan secara berturut turut dari atas
ke bawah (Siregar, 1990).
Proses pemerahan
yang baik harus dalam interval yang teratur, cepat, dikerjakan dengan
kelembutan, pemerahan dilakukan sampai tuntas, dengan menggunakan
prosedur sanitasi, serta efisien dalam penggunaan
tenaga kerja (Prihadi,
1996).
Teknik ini hanya
dilakukan pada sapi yang memiliki puting pendek. Teknik pemerahan yang kedua
dilakukan dengan cara menggunakan kelima jari. Puting dipegang
antara ibu jari dan keempat jari lainnya,
lalu ditekan
dengan keempat jari tadi (Syarief dan Harianto, 2011).
Pasca Pemerahan
Selesai diperah, ambing dilap menggunakan kain yang
telah dibasahi oleh desinfektan. Kemudian dilap kembali
dengan kain yang kering. Setelah itu ,puting juga dicelupkan ke dalam
cairan desinfektan selama 4 detik. Semua peralatan yang
digunakan untuk memerah juga harus dibersihkan, kemudian
dikeringkan. Susu hasil pemerahan juga harus segera ditimbang, dicatat,
kemudian disaring agar kotoran saat pemerahan
tidak ikut masuk ke dalam susu (Syarief dan Harianto,
2011).
Sesudah pemerahan sebaiknya bagian puting dicelupkan
dalam larutan desinfektan untuk menghindari terjadinya
mastitis (Syarief dan Sumoprastowo, 1990).
Bagi ternak perah, produksi susu yang
tinggi terkait erat dengan kualitas pakan yang dikonsumsi terutama protein.
Pemanfaatan protein pada ternak dapat didekati melalui retensi Nitrogen (N).
Namun demikian, retensi N pada masing-masing bahan pakan selain dipengaruhi
oleh kandungan N pakan juga dipengaruhi oleh kandungan energinya. Percobaan
pengukuran retensi N dapat dilakukan bersama-sama dengan percobaan kecernaan
secara in-vivo ditambah dengan
pengukuran urin yang diekskresikan ternak percobaan (Harris, 1970). Nitrogen
dalam keadaan seimbang apabila jumlah N dikonsumsi sama dengan jumlah N yang
diekskresikan. Retensi N negatif menunjukkan bahwa N yang diekskresikan lebih banyak daripada
N yang dikonsumsi, sedangkan apabila
jumlah N yang dikonsumsi lebih banyak daripada jumlah N yang diekskresikan maka
akan terjadi Retensi N yang positif (Mc. Donald, Edwards dan Greenhalgh, 1988).
Bines dan Balch (1973) menyatakan bahwa
retensi N dalam jaringan ditentukan oleh besarnya pasokan energi dan N dalam
jaringan. Besarnya pasokan energi untuk ternak Ruminansia yang dimaksud adalah
produksi Volatile Fatty Acid (VFA) dari rumen (Ørskov, 1992), edangkan
pasokan N berasal dari sintesa N mikroba rumen (Strom dan Ørskov, 1982). Kedua
material ini merupakan hasil aktivitas dari mikroba rumen yang merupakan fungsi
dari pasokan N dan konsumsi bahan organik tercerna (Hermanto, 1996).
MATERI
DAN METODE PRAKTIKUM
Praktikum Manajemen Ternak Perah dilaksanakan pada tanggal ……………2012 di
INSIMINASI BUATAN BANYU MULEK, Kecamatan Labuapi , Kabupaten Lombok barat.
Materi Praktikum
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain milkcan,
iodine, mesin
cowper, mesin perah, kandang, meteran susu, meteran, dan gerobak pakan . Bahan yang
digunakan antara lain sapi perah.
Metode Praktikum
Metode yang digunakan dalam praktikum ini meliputi pengamatan langsung di
lapangan dan wawancara mengenai pengelolaan sapi perah yang meliputi manajemen
pemeliharaan sapi perah, manajemen pemerahan, manajemen perkandangan, manajemen
pakan serta recording. Manajemen pemeliharaan sapi perah meliputi pemeliharaan
umum dan pemeliharaan khusus. Manajemen pemerahan meliputi pengukuran rata-rata
produksi susu per sapi, metode
yang digunakan, dan lamanya pemerahan.
DAFTAR
PUSTAKA
Bines,
J.A. and C.C. Balch, 1973. Relatives Retention of The N of Urea and Groundnut
in Diets for Growing Heifers. Brit. J. Nut
Mc.Donald, P.,R.A. Edwards And J.D.F. Greenhalgh, 1988. Animal
Nutrition.Fourth Edition. Longman Group Limited. Longman House,
Burn Mill. Harlow. Essex. England.
Muljana, W. 1985. Pemeliharaan dan Ternak Kegunaan Sapi Perah. Aneka
Ilmu. Semarang.
Prihadi. 1996. Tata Laksana dan Produksi Sapi Perah. Fakultas
Peternakan Universitas Wangsa Manggala. Yogyakarta.
Putra, A. 2009.
Potensi Penerapan Produksi Bersih Pada Usaha Peternakan Sapi erah (Studi
Kasus Pemerahan susu sapi Moeria Kudus Jawa Tengah). Magister Ilmu
Lingkungan Universitas Diponegoro, Semarang
Putra, A. 2009.
Potensi Penerapan Produksi Bersih Pada Usaha Peternakan Sapi erah (Studi
Kasus Pemerahan susu sapi Moeria Kudus Jawa Tengah). Magister Ilmu
Lingkungan Universitas Diponegoro, Semarang
Siregar,
Soribasya, M.S. 1990. Sapi Perah. Penebar Swadaya, Jakarta.
Syarief, M. Z. dan C. D. A. Sumoprastowo.1990. Ternak Perah. CV. Yasaguna. Jakarta.
Syarif, E dan Harianto, B. 2011. Buku Pintar Beternak dan Bisnis Sapi
Perah. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar