LAPORAN
TEKHNOLOGI
REPRODUKSI TERNAK
NAMA : M.ISROK IRAJAB
NIM : B1D 010 113
KELAS : 5B
FAKULTAS
PETERNAKAN
UNIVERSITAS
MATARAM
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.Latar
belakang
Usaha untuk
mempertahankan kualitas semen dan memperbanyak hasil sebuah ejakulasi dari
jantan unggul adalah dengan melakukan pengenceran semen menggunakan beberapa
bahan pengencer. Untuk kebutuhan beberapa karbohidrat sederhana sebagai sumber
energi dalam pengencer dapat dipenuhi dengan penggunaan madu, ekstrak melon,
dan air. Syaratnya adalah harus dapat menyediakan nutrisi bagi kebutuhan
spermatozoa selama penyimpanan, harus memungkinkan sperma dapat bergerak secara
progresif, tidak bersifat racun bagi sperma, menjadi penyanggah bagi sperma,
dapat melindungi sperma dari kejutan dingin (cold shoc) baik untuk semen beku
maupun semen cair
Kejadian yang dapat merusak dan menurunkan viabilitas spermatozoa selama
proses penyimpanan dan pembawa materi genetik ternak (sel gamet) dengan teknik
kriopreservasi yaitu kejutan dingin (cold
shock) dan pembentukan kristal-kristal es.
Pembentukan kristal-kristal es berkaitan erat dengan perubahan tekanan
osmotik dalam fraksi yang tidak beku (Rozi, Bahrur.
2004). Pembentukan kristal-kristal es
berkaitan erat dengan perubahan tekanan osmotik dalam fraksi yang tidak beku. Pengaruh pembentukan kristal-kristal es terhadap
pembawa materi genetik ternak selama proses kriopreservasi dapat dilihat pada
sel spermatozoa dan sel telur. Pada sel spermatozoa dapat menyebabkan penurunan
motilitas dan viabilitas spermatozoa, peningkatan pengeluaran enzim-enzim
intraseluler ke ekstraseluler dan kerusakan pada organel-organel sel, seperti
mitokondria dan lisosom. Apabila mitokondria rusak dan rantai oksidasi putus
akan mengakibatkan spermatozoa berhenti bergerak karena tidak ada pasokan
energi dari organel mitokondria. Sumber energi mitokondria berperan untuk
menggertak mikrotubul sehingga terjadi pergesekan diantara mikrotubul sehingga
spermatozoa dapat bergerak secara bebas (motil).
2.Tujuan
praktikum
Adapun tujuan praktikum
ini adalah:
a.
Agar mahasiswa
mengetahui cara pengenceran semen.
b.
Agar mahasiswa
mengetahui cara pembekuan semen.
c.
Agar mahasiswa
mengetahui cara penampungan semen.
3. Kegunaan
Praktikum
Adapun
kegunaan dari praktikum adalah menjadi pedoman bagi praktikan untuk kedepannya agar bisa
mengaplikasikan ke masyarakat.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penampungan Semen
Beberapa cara penampungan semen sapi
untuk tujuan IB telah berkembang, diantaranya dengan vagina buatan dan electro-ejakulator.
Penggunaan vagina buatan untuk menampung semen sapi telah dipakai secara luas.
Pejantan akan menaiki sapi betina pemancing dan akan berejakulasi pada waktu
penis dimasukkan ke dalam vagina buatan. Vagina buatan terdiri dari silinder
karet tebal dan keras, di dalamnya dilapisi silinder karet tipis dan merupakan
kantung yang dapat diisi air panas. Salah satu ujung vagina buatan dipasang
karet berbentuk corong untuk menampung semen. Vagina buatan yang telah diisi
air panas dan di bagian dalam diberi pelicin, akan berfungsi untuk menampung
semen.
Penampung semen (gambar) vagina buatan.(lab reproduksi fakultas
peternakan UNRAM)
2.2. Pengenceran Semen
Pengenceran semen adalah upaya untuk memperbanyak volume semen,
mengurangi kepadatan spermatozoa serta menjaga kelangsungan hidup spermatozoa
sampai batas waktu penyimpanan tertentu pada kondisi penyimpanan di bawah atau
di atas titik beku. Pengenceran dan penyimpanan semen merupakan usaha
mempertahankan kualitas spermatozoa dalam periode yang lebih lama yakni untuk
memperpanjang daya hidup spermatozoa, motilitas, dan daya fertilitasnya.
media pengencer harus mengandung bahan makanan bagi spermatozoa, tidak
bersifat racun, mengandung bahan pelindung dari terjadinya “cold shock”, dapat
mencegah pertumbuhan kuman, dan sebagai penyanggah yang dapat mempertahankan
pH, serta mempunyai sifat-sifat fisik dan kimia yang sesuai dengan plasma semen. Tentang syarat-syarat
bahan pengencer yaitu harus mengandung nutrisi, melindungi spermatozoa terhadap
“cold shock” mencegah perubahan pH, dan mempertahankan tekanan osmotik
serta keseimbangan elektrolik.
Beberapa bahan pengencer yang umum digunakan dalam
pengenceran semen adalah kuning telur, susu, air kelapa. Bahan pengencer lain
yang berpotensi untuk dimanfaatkan dalam mempertahankan kualitas spermatozoa
adalah pengencer NaCl fisiologis, Ringer Laktat dan Ringer Dextrose.
(gambar) Proses
pengenceran. .(lab reproduksi fakultas peternakan UNRAM)
2.3.
Pembekuan Semen
Pembekuan merupakan proses pengeringan
fisik, jika suatu larutan dibekukan maka air sebagai pelarut membeku menjadi
kristal es, sedangkan bahan terlarut tidak berbentuk kristal es, tetapi
terkumpul dalam larutan yang masih ada dan bertambah pekat karena molekul air
tergabung dengan kristal es.
Spermatozoa dalam semen beku dapat hidup bertahun-tahun.
Spermatozoa yang dibekukan dan disimpan pada suhu -79oC di dalam CO2 padat dan
alkohol tahan hidup 3-4 tahun atau lebih, sedangkan pada -196oC di
dalam nitrogen cair tahan hidup dalam waktu sampai 10 tahun.
Container berisi N2 cair. (lab
reproduksi fakultas peternakan UNRAM)
|
Proses pembekuan semen meliputi cooling
(pendinginan), pre freezing (pembekuan awal), dan freezing (pembekuan).
a.
Cooling (pendinginan)
Cooling adalah
proses pendinginan semen setelah proses pengenceran, dimasukkan dalam gelas
ukur tertutup dan ditempatkan pada beaker glass berisi air. Cooling sampai
5oC dapat dilakukan dengan memasukkan tabung-tabung yang berisi semen yang
telah diencerkan dalam bak yang berisi air. Bak tersebut kemudian dimasukkan
dalam refrigerator. Suhu air yang dipergunakan dalam cooling sesuai
dengan suhu inkubasi semen segar yakni 37oC dan suhu 30oC
b.
Pre freezing (pembekuan awal)
Straw yang
berisi semen diatur pada rak straw dan ditempatkan dalam uap N2 cair
sekitar 4,5 cm diatas permukaan nitrogen cair. Pembekuan ini berlangsung
sekitar 10 menit, kemudian dimasukkan langsung ke dalam nitrogen cair.
c.
Freezing (pembekuan)
Freezing merupakan
proses penghentian sementara kegiatan hidup sel tanpa mematikan fungsi sel dan
proses hidup dapat berlanjut setelah pembekuan dihentikan. Sedangkan semen beku
adalah semen yang telah diencerkan menurut prosedur lalu dibekukan dibawah suhu
0oC atau titik beku air (Partodiharjo, 1992). Menurut Toelihere (1993),
pembekuan dapat menggunakan CO2 padat,
udara
basah, O2 cair dan nitrogen cair. Pembekuan dengan N2 cair lebih sering
digunakan karena suhunya yang sangat rendah dapat menyimpan semen dalam jangka
waktu yang lama. Pada proses ini straw direndam dengan suhu -196oC.
Volume N2 cair harus dikontrol secara periodik, karena jika kehabisan akan
menaikkan suhu sehingga akan mematikan spermatozoa. Untuk menjamin kelangsungan
hidup spermatozoa yang terkandung di dalam straw maka N2 cair di dalam
kontainer tidak boleh kurang dari ukuran minimal yang ditentukan yaitu setinggi
3 inci. Seandainya tinggal 3 inci, maka penambahan N2 cair harus dilakukan
segera dalam waktu 12 jam.
BAB III
MATERI DAN METODE
PRAKTIKUM
3.1.
Tempat dan Tanggal Praktikum
3.1.1
Tempat Praktikum
Adapun tempat praktikum Tehnologi Reproduksi Ternak
ini dilaksanakan di Laboratorium
Reproduksi Ternak Lantai II, Fakultas Peternakan
3.1.2
Tanggal Praktikum
Adapun tanggal dilaksanakan praktikum Manajemen
Ternak Perah ini dilaksanakan pada 20 dan 21 Desember 2012.
3.2
Materi
Praktikum
3.2.1
Alat Praktikum
Ø
Adapun alat yang digunakan dalam penampungan semen adalah:
-
Elektro Ejakulator (Batang Bivolar)
-
Gelas penampung
Ø
Alat yang digunakan dalam pengenceran semen adalah:
-
Makro pipet
-
Bak pengencer
-
Mini straw
-
Tabung reaksi
Ø
Alat yang digunakan dalam pembekuan semen adalah:
-
Canister
-
Goblet
-
Mini goblet
-
Mini straw
-
Rak pembeku
3.2.2
Bahan Praktikum
Ø
Bahan yang digunakan dalam penampungan semen adalah:
-
Alkohol 70%
-
Kapas/tissue basah
-
Kertas pH
-
Vaselin
-
Kambing
Ø
Bahan yang digunakan dalam pengenceran semen adalah:
-
Semen Kambing
-
Tris kuning telur
Ø
Bahan yang digunakan dalam pembekuan semen adalah:
-
Bubuk polipiniel
-
Semen yang sudah diencerkan
3.2. Metode praktikum
3.2.1
Metode penampungan semen
Adapun metode yang dapat dilakukan dalam penampungan semen adalah :
-
Batang EE diolesi vaselin
-
Kambing direbahkan
-
Preputium dibersihkan
supaya semen tidak tercemar oleh urin, apabila panjang kemudian
dipotong
-
Preputium ditarik untuk
mengeluarkan penis
-
Setelah keluar kemudian
gland penis diikat dengan casa steril
-
Kemudian probe
dimasukkann (besinya bearah ke perut). Poltase diputar 1 volt dinaikkan lalu
diturunkan kembali.
3.2.2. Metode pengenceran semen
Adapum metode yang
digunakan dalam pengenceran semen adalah:
-
Semen yang sudah ditampun,
kemudian di campur dengan pengencer (tris kuning telur) sebanyak 700 ml.
-
Dimasukkan dalam kulkas
5oC selama 2 – 3 bisa sampai 4 jam.
-
Kemudian dituangkan
kedalam bak pengencer
Adapun
metode yang dilakukan dalam pembekuan semen adalahh:
-
Setelah semen ditampung
secepatnya di bawa ke laboratorium untuk diperiksa kualitas maupun
kuantitasnya.
-
Bahan pengencer
disiapkan sehari sebelum digunakan diantaranya
pengencer sitrat, air kelapa, tris, dll.
-
Printing straw
dilaksanakan bersamaan dengan waktu pengenceran setelah diketahui berapa jumlah
straw yang akan dicetak.
-
Filling & Sealing
adalah proses pengisian semen yang telah
diencerkan ke dalam straw dengan menggunakan alat yang bekerja secara
otomatis (mesin filling & sealing).
-
Setelah dilaksanakan
filling sealing, straw yang berisi semen cair disusun di atas rak dan dihitung
jumlahnya, kemudian dibekukan. Proses pembekuan dilakukan di atas permukaan N2
Cair di dalam storage container dengan suhu -110 sampai dengan -120 0C
selama 9 menit. Suhu tersebut diperoleh bila straw yang disusun di atas rak
ditempatkan kurang lebih 4 cm di atas permukaan N2 cair.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Pengamatan
4.1.1.
Penampungan Semen
Adapun
hasil penampungan semen berupa semen cair yang berwarna putih, cream yang kental.
Volumenya 1,5 ml dengan bau yang khas (spesifik) dengan pH normal yakni 7.
|
|
|
|
|
Container berisi N2 cair
|
|
Proses pengenceran
|
|
Vagina buatan
|
|
|
|
|
|
Alat dan bahan pendukung
|
|
Mikroskop yang digunakan dalam
evaluasi semen secara mikroskopis
|
|
Televise yang digunakan dalam melihat
pergerakan massa semen
|
4.2. Pembahasan
Evaluasi semen terdiri dari uji
makroskopis, mikroskopis, biokemis dan biologis. Uji yang rutin digunakan dalam
suatu Balai Inseminasi Buatan (BIB) adalah uji makroskopis dan uji mikroskopis.
Uji makroskopis meliputi volume, warna, konsistensi, dan bau. Volume semen
dalam uji ini mencapai (2-10 ml), semen yang normal berwarna putih kekuningan,
sedangkan yang abnormal berwarna kuning atau coklat, dan semen memiliki bau
yang spesifik. Uji mikroskopis terdiri dari motilitas massa dan individu,
viabilitas, konsentrasi dan abnormalitas
Dalam
praktikum teknologi ternak yang dilakukan di Laboratorium Reproduksi,
evaluasi semen dilakukan dengan cara
makroskopis yakni meliputi volume, warna, konsistensi, dan bau. Hasil praktikum
menujukkan bahwa semen yang didapatkan berupa semen cair yang berwarna putih,
cream yang kental. Volumenya 1,5 ml dengan bau yang khas (spesifik) dengan pH
normal yakni 7.
Semen yang dihasilkan merupakan
semen yang normal. Hal ini sesuai dengan teori bahwa, semen yang normal berwarna
putih kekuningan, sedangkan yang abnormal berwarna kuning atau coklat, dan
semen memiliki bau yang spesifik (Hunter,1982).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Adapun
kesimpulan yang dapat saya ambil dari praktikum tersebut adalah :
1.
Semen yang didapatkan
dari penampungan semen dengan cara EE merupakan semen yang normal.
2.
Cara mengevaluasi semen
terdiri dari uji makroskopis, mikroskopis, biokemis dan biologis.
5.2. Saran
Adapun
saran yang dapat saya berikan berdasarkan praktikum tersebut adalah: Sebaiknya praktikum
dilakukan per kelompok bukan per kelas agar lebih jelas hasil dan cara – cara
dalam praktikum trsebut.
DAPTAR
PUSTAKA
Hunter,
R.H.F. 1995. Fisiologi dan Teknologi Reproduksi Hewan Betina Domestik.
ITB. Bandung
Lindsay,
dkk. 1982. Reproduksi Ternak di Indonesia. Fakultas Peternakan dan Perikanan.
Universitas Brawijaya. Malang
Partodiharjo,
S. 1992.. Fisiologi Reproduksi Hewan. Mutiara Sumber Widya. IPB. Bogor.
Rozi,
Bahrur. 2004. Motilitas Spermatozoa Sapi Madura pada Suhu dan Interval Waktu
yang Berbeda dan Hubungan antara Motilitas dengan Viabilitas, Abnormalitas dan
Integritas Membran. Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas Brawijaya.
Malang
Salisbury,
G.W and VanDemark. 1985. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan pada Sapi.
Gajah Mada. University. Press. Yogyakarta
Sudrajad,
2000. Prosedur Tetap (Protap) Produksi dan Distribusi Semen Beku. http://bitnak.ditjennak.deptan.go.id
(online), diakses 01 januari 2008
Toelihere,
M, R. 1985. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Fakultas Kedokteran Hewan.
IPB. Penerbit Angksa. Bandung
1993. Inseminasi Buatan pada Ternak.
Fakultas Kedokteran Hewan.
IPB. Penerbit Angkasa. Bandung
LAMPIRAN
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar