Minggu, 01 April 2012

LAPORAN TEKNIK PENGOLAHAN PENGOLAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI

LAPORAN
TEKNIK PENGOLAHAN PENGOLAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI

OLEH :
    NAMA :                  NIM     :
    M.ISROK IRAJAB     B1D 010 113
KELAS                 : B

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2011

KATA PENGANTAR
Pertama-tama kami ingin mengucapkan puji syukur kita kehadiret tuhan yang maha esa karna dengan limpahan rahmat serta hidayahnya sehingga kami bisa menyelesaikan laporan ini. Solawat beserta salam kami haturkan kepada junjungan alam nabi besar Muhammad SAW beseerta keluarga dan para sahabat semoga mendapat ketenangan disisi Alloh SWT. Dan tak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada semua sumber yang telah kami gunakan sebagai sumber didalam pembuatan laporan ini.
Kami mengakui bahwa kami adalah manusia yang mempunyai keterbatasan dalam berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat sempurna. Begitu pula dengan laporan ini yang telah kami selesaikan. Tidak semua hal dapat kami deskripsikan dengan sempurna. Kami melakukannya semaksimal mungkin dengan kemampuan yang kami miliki. Di mana kami juga memiliki keterbatasan kemampuan.
Maka dari itu seperti yang telah dijelaskan bahwa kami memiliki keterbatasan dan juga kekurangan, kami bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca yang budiman. Kami akan menerima semua kritik dan saran tersebut sebagai batu loncatan yang dapat memperbaiki laporan kami di masa mendatang. Sehingga semoga laporan berikutnya dan laporan lain dapat diselesaikan dengan hasil yang lebih baik.

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hijauan merupakan sumber pakan utama yang harus selalu tersedia dalam jumlah cukup dan berkualitas guna meningkatkan produksi ternak ruminansia (sapi, kerbau, kambing, dan domba). Hijauan yang umum diberikan untuk ruminansia adalah rumput-rumputan yang berasal dari padang penggembalaan atau kebun rumput, tegalan, pematang, serta pinggiran jalan.
Walau demikian, masih ada sumber pakan ternak yang belum dimanfaatkan secara optimal, yaitu limbah produksi padi berupa jerami. Ketersediaan jerami padi cukup melimpah, namun pemanfaatannya untuk pakan ternak belum banyak dilakukan di Indonesia. Jerami yang tersedia umumnya tidak dalam keadaan baik untuk digunakan sebagai pakan ternak, karena busuk dan basah terendam air sawah atau hujan.
Jerami padi merupakan hasil ikutan pertanian terbesar di Indonesia, jumlahnya sekitar 20 juta ton per tahun. Produksinya per hektare sawah padi bisa mencapai 12-15 ton, atau 4-5 ton bahan kering setiap kali panen, tergantung lokasi dan varietas tanaman.
Sejauh ini, pemanfaatan jerami padi sebagai pakan baru mencapai 31-39 %, sedangkan yang dibakar atau dikembalikan ke tanah sebagai pupuk 36-62 %, dan sekitar 7-16 % digunakan untuk keperluan industri (Syamsu, 2008). Oleh karena itu, jerami padi mempunyai potensi yang sangat baik untuk dimanfaatkan menjadi makanan ternak ruminansia agar dapat meningkatkan produktivitasnya, sehingga Swasembada daging dapat tercapai.
Penggunaan jerami padi sebagai pakan ternak kerap dilakukan di daerah tropik, terutama pada musim kemarau. Tapi penggunaannya itu mengalami kendala berupa nilai nutrisi yang rendah. Mulai dari kandungan nitrogen, kalsium, hingga fosfor. Sebaliknya, kandungan serat kasar(lignin, selulosa, dan silica) justru tinggi, sehingga mengakibatkan daya cerna rendah dan konsumsinya menjadi terbatas.
Kandungan gizi jerami padi terdiri atas protein kasar 4,5 %, serat kasar 35 %, lemak kasar 1,55 %, abu 16,5 %, kalsium 0,19 %, fosfor 0,1 %, energi TDN (Total Digestible Nutrients) 43 %, energi DE (Digestible Energ y) 1,9 kkal/kg, dan lignin yang sangat tinggi.
Jika jerami padi langsung diberikan kepada ternak, maka daya cernanya rendah dan proses pencernaannya lambat, sehingga total yang dimakan per satuan waktunya menjadi sedikit. Oleh karena itu perlu melakukan suatu cara untuk meningkatkan nilai nutrisi dari jerami padi tersebut dengan cara amoniasi.

Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini yaitu :
    Untuk meningkatkan ilmu pengetahuan tentang amoniasi jerami.
    Agar mahasiswa tau bagaimana metode didalam melakukan amoniasi jeramin padi.
    Mahasiswa bisa mengetahui bagaimana metode dalam meningkatkan nilai nutrisi dari jerami padi.
    Mahasiswa juga bisa mengetahui berapa takaran urea yang digunakan dalam amoniasi jerami.



TINJAUAN PUSTAKA
Manfaat dari pengolahan amoniasi adalah memotong ikatan rantai tadi dan membebaskan sellulosa dan hemisellulosa agar dapat dimanfaatkan oleh tubuh ternak. Amoniak (NH3) yang berasal dari urea akan bereaksi dengan jerami padi. Dalam hal ini ikatan tadi lepas diganti mengikat NH3 , dan sellulosa serta hemisellulosa lepas (Anonimus, 1985).
Untuk menghasilkan jerami amoniasi yang berkualitas, maka dibutuhkan bahan yang berkualitas pula. Bahan dasar dari pembuatan jerami amoniasi ini adalah jerami padi yang tersisa setelah pemanenan. Jerami padi yang akan diamoniasi harus memenuhi beberapa kriteria yaitu, jerami harus dalam kondisi kering, tidak boleh terendam air sawah atau pun air hujan, dan harus dalam keadaan baik (tidak busuk atau rusak) (Shieddiqi, 2005).
Teknik amoniasi dapat meningkatkan daya cerna jerami. Ternak akan lebih mudah mengonsumsi jerami hasil amoniasi dibandingkan dengan jerami yang tidak diolah. Urea dalam proses amoniasi berfungsi untuk menghancurkan ikatan-ikatan lignin, selulosa, dan silika yang merupakan faktor penyebab rendahnya daya cerna jerami bagi ternak. Lignin merupakan zat kompleks yang tidak dapat dicerna oleh ternak. Lignin ini terkandung dalam bagian fibrosa dari akar, batang, dan daun pada tumbuhan. Jerami dan rumput-rumput kering mengandung lignin yang sangat banyak (Chenost, 1997).
Menurut subagyo, 2008. Jerami padi merupakan hasil ikutan pertanian terbesar di Indonesia, jumlahnya sekitar 20 juta ton per tahun.Produksinya per hektare sawah padi bisa mencapai 12-15 ton, atau 4-5 ton bahan kering setiap kali panen, tergantung lokasi dan varietas tanaman Sejauh ini, pemanfaatan jerami padi sebagai pakan baru mencapai 31-39 %, sedangkan yang dibakar atau dikembalikan ke tanah sebagai pupuk 36-62 %, dan sekitar 7-16 % digunakan untuk keperluan industry.


MATERI DAN METODE
Materi Praktikum
Alat-Alat Praktikum
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu :
  •     Platik transparan
  •     Timbangan
  •     Sendok
Bahan - bahan Praktikum
Bahan – bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu :
  •     Jerami padi
  •     Urea
  •     Air

Materi Praktikum

Materi dalam praktikum ini yaitu :
  •     mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini.
  •     Setelah alat dan bahan sudah siap, kemudian memotong jerami padi supaya tidak terlalu panjang.
  •     Setelah jerami dipotong, kemudian timbang bahan-bahan yang digunakan seperti jerami, urea, dan air yang masing-masing sesuai dengan ukuran yang diinginkan.
  •     Setelah semua bahan ditimbang , kemudian mencampur bahan urea dengan air sampai homogen. Setelah campuran tersebut homogen baru disiramkan kedalam jerami padi yang sudah dipersiapkan didalam plastic, usahakan didalam penyiraman harus merata supaya lebih epektif.
  •     Setelah semua bahan tercampur, kemudian tutup plastik supaya jerami yang diamoniasi tersebut dalam keadaan an-aerob (kedap udara), setelah itu baru memberikan label sesuai dengan kelompok lalu disimpan.


HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Praktikum

Pembahasan
Setelah dilakukan proses amoniasi pada jerami ini, tekstur jerami yang semula keras berubah menjadi lunak dan rapuh. Hal ini disebabkan karena penambahan unsur N dari urea yang ditambahkan pada jerami, sehingga terjadi poses perombakan struktur jerami yang keras menjadi struktur jerami yang lunak, untuk meningkatkan daya cerna (digestibility) dan meningkatkan jumlah jerami yang dimakan (feed intake) oleh sapi. Selain itu, terjadi perubahan warna jerami sebelum dilakukan proses amoniasi dengan setelah dilakukan proses amoniasi yaitu dari Kuning kecoklatan menjadi coklat tua.
Urea dalam proses amoniasi berfungsi untuk menghancurkan ikatan-ikatan lignin, selulosa, dan silica yang terdapat pada jerami, karena lignin, selulosa, dan silica merupakan faktor penyebab rendahnya daya cerna jerami. Lignin merupakan zat kompleks yang tidak dapat dicerna oleh ternak, terdapat pada bagian fibrosa dari akar, batang, dan daun tanaman dalam jumlah yang banyak. Selulosa adalah suatu polisakarida yang mempunyai formula umum seperti pati yang sebagian besar terdapat pada dinding sel dan bagian-bagian berkayu dari tanaman. Demikian juga silica tidak dapat dicerna oleh ternak.
Dosis Pemberian Urea
Dosis urea yang ditaburkan ke dalam jerami jumlahnya sekira 4%-6% dari berat jerami. Dengan kata lain, setiap 100 kg jerami padi yang akan diamoniasi membutuhkan urea sebanyak 4-6 kg. Jika dosis urea yang ditaburkan ke dalam jerami terlalu banyak, maka urea tersebut tidak akan memberikan pengaruh signifikan terhadap nilai nutrisi pada jerami.
Dalam praktikum ini kita menggunakan dosis urea sebesar 6% amoniak, dimana urea itu mengandung 46 % nitrogen dan jerami yang digunakan sebesar 1 kg bahan kering.didalam menentukan besarnya urea yang akan digunakan dalam membuat amoniasi ini dapat ditentukan malalui perhitungan dibawah ini.
Diketahui :
  •     urea mengandung 46 % N
  •     dosis urea yang digunakan 6 %
  •     berat jerami 1 kg bahan kering = 1000 gr
  •     kandungan bahan kering jerami 90 %
  •     kandungan air 10 %

Banyak urea yang digunakan ?
6 % amoniak x 1000 gr jerami = 60 gr amoniak
Dalam urea = 100/46  x 60  gr amoniak=130,5 gr / kg bahan kering

Berat jerami yang digunakan dengan BK 90 % ?
Besar jerami = 100/90  x 1000 gr=1111,2 gr atau 1’2 kg jerami padi.

Jadi banyak urea yang digunakan = 130,5 gr / kg bahan kering atau 0,1305 kg / kg BK, dan banyak jerami yang digunakan dengan kandungan air 10 % = 1111,2 gr atau 1,2 kg.
Jerami yang telah ditaburi urea harus segera dibungkus dengan rapat. Bahan pembungkus yang digunakan biasanya berupa lembaran plastik dengan ketebalan yang cukup memadai. Pembungkusan ini sangat penting dilakukan agar tercipta kondisi hampa udara (an-aerob). Proses amoniasi harus berlangsung tanpa kehadiran udara, sehingga pembungkusan harus dilakukan secara hati-hati. Untuk mencegah kebocoran, jerami yang telah ditaburi urea dapat dibungkus dengan lembaran plastik sebanyak dua lapis atau lebih.
Proses Amoniasi
Teknik amoniasi dapat mengubah jerami menjadi makanan ternak yang potensial dan berkualitas karena dapat meningkatkan daya cerna dan kandungan proteinnya. Sejumlah negara di dunia seperti, Tunisia, Mesir, dan Algeria telah melakukan teknik amoniasi jerami padi ini sejak lebih dari 15 tahun yang lalu. Prinsip dalam teknik amoniasi ini adalah penggunaan urea sebagai sumber amoniak yang dicampurkan ke dalam jerami. Urea yang akan dicampurkan tersebut dapat dilarutkan ke dalam air terlebih dahulu (cara basah) atau langsung ditaburkan pada setiap lapisan jerami yang akan diamoniasi (cara kering). Pencampuran urea dengan jerami harus dilakukan dalam kondisi hampa udara (an-aerob) dan proses amoniasi jerami ini memerlukan penyimpanan selama satu bulan.
Teknik amoniasi dapat meningkatkan daya cerna jerami. Ternak akan lebih mudah mengonsumsi jerami hasil amoniasi dibandingkan dengan jerami yang tidak diolah. Urea dalam proses amoniasi berfungsi untuk menghancurkan ikatan-ikatan lignin, selulosa, dan silika yang merupakan faktor penyebab rendahnya daya cerna jerami bagi ternak. Lignin merupakan zat kompleks yang tidak dapat dicerna oleh ternak. Lignin ini terkandung dalam bagian fibrosa dari akar, batang, dan daun pada tumbuhan. Jerami dan rumput-rumput kering mengandung lignin yang sangat banyak.
Selulosa adalah suatu polisakarida yang mempunyai formula umum seperti pati. Terdapat sebagian besar dalam dinding sel dan bagian-bagian berkayu dari tumbuh-tumbuhan. Kapas hampir merupakan selulosa murni. Selulosa tidak dapat dicerna dan tidak dapat digunakan sebagai bahan makanan kecuali pada hewan ruminansia (sapi, domba, dan kambing) yang mempunyai mikroorganisme selulotik dalam rumennya. Mikroba tersebut dapat mencerna selulosa dan memungkinkan hasil akhir dari pencernaan bermanfaat bagi si hewan.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Amoniasi

Untuk menghasilkan jerami amoniasi yang berkualitas, maka dibutuhkan bahan yang berkualitas pula. Bahan dasar dari pembuatan jerami amoniasi ini adalah jerami padi yang tersisa setelah pemanenan. Jerami padi yang akan diamoniasi harus memenuhi beberapa kriteria yaitu, jerami harus dalam kondisi kering, tidak boleh terendam air sawah atau pun air hujan, dan harus dalam keadaan baik (tidak busuk atau rusak). Jika telah diperoleh bahan jerami yang berkualitas, maka langkah selanjutnya adalah penimbangan dan pengikatan. Penimbangan dilakukan agar diperoleh jerami amoniasi yang sesuai dengan kebutuhan peternak. Sebelum diikat, jerami harus dimasukkan terlebih dahulu ke dalam kotak kayu berbentuk balok dengan tinggi sekira 50 cm. Kotak kayu tersebut berfungsi untuk mengemas jerami menjadi padat dan berbentuk balok sehingga akan memudahkan penanganan. Setelah diikat, jerami tersebut dapat dikeluarkan kembali dari kotak kayu.
Manfaat Amoniasi
Manfaat dari pengolahan amoniasi adalah memotong ikatan rantai tadi dan membebaskan sellulosa dan hemisellulosa agar dapat dimanfaatkan oleh tubuh ternak. Amoniak (NH3) yang berasal dari urea akan bereaksi dengan jerami padi. Dalam hal ini ikatan tadi lepas diganti mengikat NH3 , dan sellulosa serta hemisellulosa lepas (Anonimus, 1985). Ini semua berakibat pada kecernaan meningkat, juga kadar protein jerami padi meningkat; NH3 yang terikat berubah menjadi senyawa sumber protein. Dengan demikian keuntungan amoniasi adalah kecernaan meningkat, protein jerami meningkat, menghambat pertumbuhan jamur dan memusnahkan telur cacing yang terdapat dalam jerami.
Teknik amoniasi dapat meningkatkan kualitas gizi jerami padi agar dapat bermanfaat bagi ternak. Teknik amoniasi ini dapat menambah kadar protein kasar (crude protein) dalam jerami. Kadar protein kasar tersebut diperoleh dari amoniak di dalam urea yang berperan dalam memuaikan serat selulosa. Pemuaian ini memudahkan penetrasi enzim selulosa dan meningkatkan kandungan protein kasar melalui peresapan nitrogen dalam urea. Jerami padi yang telah diamoniasi memiliki nilai energi yang lebih besar dibandingkan jerami yang tidak diolah. Proses amoniasi sangat efektif dalam menghilangkan alfatoksin dalam jerami. Jerami yang telah diamoniasi akan terbebas dari kontaminasi mikroorganisme jika jerami tersebut telah diolah dengan mengikuti prosedur yang benar secara hati-hati.


KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan


Saran

DAFTAR PUSTAKA

    Anonimus.1985. Teknik Pengolahan Pakan Ternak Jerami. Direktorat Bina Produksi Peternakan. Ditjen Peternakan. Departemen Pertanian. Jakarta.

    Chenost.1997. Teknologi Penglahan Jerami Padi Sebagai Pakan Ternak. Dian Grahita bandung.

    Shiddieqy, M. Ikhsan . 2005. Pakan Ternak Jerami Olahan .Mahasiswa Departemen Produksi Ternak, Fakultas Peternakan Unpad.

    Subagyo. 2008. Amoniasi Jerami.(12/02/2008)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar