Minggu, 01 April 2012

LAPORAN TETAP TEKNIK ANALISA LABORATORIUM

LAPORAN TETAP
TEKNIK ANALISA LABORATORIUM
 
DISUSUN OLEH :
NAMA : M.ISROK IRAJAB
NIM : B1D 010 113
KELOMPOK: VIII
           


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2011

KATA PENGANTAR

Bismillah’hirrahmanirrahim.
    Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas kebesaran rahmat dan hidayahnya, penyusun dapat menyelsaikan laporan tetap Penganta ioteknologi ini sebagai salah  satu sarat SKS yang harus di tempuh oleh mahasiswa yang mengambil matakulyah ini.
    Pada akhirnya, dalam menyelsaikan laporan tetap ini, penyusun telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak sehingga dalam waktu yang relatip singkat, laporan  praktikum yang sederhana ini dapat terwujud.
Oleh karena itu penyusun berkenan untuk menyampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih kepada:
    Kedua orang tua tercinta dan segenap keluarga yang telah banyak memberikan dorongan moril maupun materiel.
    Bapak Dr.Ir. Sudirman, SU selaku Dosen Pembina mata kulyah ini yang telah melaksanakan peraktikum ini dengan sebaik - baiknya.
    Kepada semua teman-  teman saya yang telah banyak  membantu dan mendukung dalam pengumpulan bahan-  bahan dan alat- alat guna penyusunan dalam laporan ini
Semoga Allah SWT berkenan mencatatnya sebagai amal shaleh. Penyusun sadar bahwa Laporan tetap ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penyusun mengharapkan keritik dan saran yang  membangun darisemua pihak.
Dengan iringan doa semoga Laporan tetap ini biasa bermanfaat dalam pengembangan pendidikan danwacanaberpikirbersama. Amien..


Mataram,     , Desemmber 2011
Penyusun,



M.ISROK IRAJAB
B1D 010 113

DAFTAR ISI
JUDUL    i
KATA PENGANTAR    ii
DAFTAR ISI    iii
BAB 1: PENDAHULUAN
    1.1.Latar Belakang    1
    1.2.Tujuan Dan Kegunaan Praktikum
    1.2.1. Tujuan Peraktikum    2
    1.2.2. Kegunaan peraktikum    2
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA    3
BAB III: MATERI DAN METODE PRAKTIKUM
    3.1. Materi Praktikum
    3.1.1. Alat Praktikum    6
    3.1.2. Bahan Praktikum    6
    3.2. Metode Praktikum    6
    3.3. Tempat dan Tanggal Praktikum
    3.3.1. Tempat Praktikum    7
    3.3.2 Tanggal praktikum    7
BAB IV: HASIL DAN PEMAHASAN
¬¬4.1. Hasil Praktikum    8
4.2. Pembahasan    9
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN
    5.1. Kesimpulan    11
    5.2. Saran    11
BAB VI: DAFTAR PUSTAKA    12

LAMPIRAN    13

BAB I
PENDAHULUAN
     Latar Belakang.
Hijauan pakan merupakan salah satu factor terpenting dalam berhasilnya suatu usaha pengembangan peternakan. Tanpa memperhatikan factor –faktor tesebut, setiap usaha pengambangan peternakan khususnya ternak ruminansia dan herbifora tidak akan memberikan hasil sebagaimana yang diharapkan.
Pengadaan atau penyedian hijauan pakan dalam jumlah cukup, kualitas memadai dan secara berkesinambungan merupakan problema tersendiri yang perlu diatasi. Hal ini sebenarnya tidak sukar dilakukan sebab keadaan iklim maupun sumber daya hayati yang tersedia masih memungkinkan.
Kepadatan penduduk yang semakin lama semakin meningkat,menyebabakan sebagian lahan praktis beralih fungsi dan sebagian lagi digunakan untuk produksi tanaman pangan seperti padi, jagung dan palawija, sehingga tanah yang digunakan sebagai pakan hijauan semakain terdesak. Hal ini akan membatasi penyediaaan hijauan pakan dan secaralansung akan berpengaruh terhadap produksi ternak itu sendiri
Hijauan memegang peranan penting pada produksi ternak ruminansia, (Reksohadiprodjo et al, 1995), karena pakan yang dikonsumsi oleh sapi, kerbau, kambing, dan domba sebagian besar dalam bentuk hijauan, tetapi ketersediaannya baik kualitas, kuantitas, maupun kontinyuitasnya masih sangat terbatas.
Petani pada umumnya memberikan pakan pada ternak tidak ditentukan jumlahnya, sehingga masih kurang atau terlalu banyak sisa terbuang. Oleh karena itu diperlukan suatu cara untuk mengoptimalkan penggunaan pakan yang diberikan pada ternak tersebut. Optimalisasi dan efesiensi tersebut dapat dilakukan apabila diketahui besarnya kandungan nutrient, konsumsi, dan kecernaan bahan pakan tersebut.
Tipe evaluasi pakan secara in vitro merupakn metode kecernaan pakan yang semua kegiatannya di lakukan di laboratorium dengan cara meniru semua kegiatan yang terjadi pada mahluk hidup baik itu kegiatan fisik, kimia dan biologis persis dengan kegiatan aslinya atau dengan kata lain meniru aktivitas kegiatan di luar dari andividu aslinya
Tipe evaluasi pakan pada prisipnya ada 3 yaitu metode In vitro, Insacco, In vivo. Tipe evaluasi pakan In vivo merupakan metode penentuan kecernaan pakan menggunakan hewan percobaan dengan analisis pakan dan feses. Pencernaan ruminansia terjadi secara mekanis, fermentative, dan hidrolisis (Mc Donald et al. 1995). Dengan metode Invivodapat diketahui pencernaan bahan pakan yang terjadi di dalam seluruh saluran pencernaan ternak, sehingga nilai kecernaan pakan yang diperoleh mendekati nilai sebenarnya. Koefisien cerna yang ditentukan secara In vivo biasanya 1% sampai 2 % lebih rendah dari pada nilai kecernaan yang diperoleh secara In vitro (Tillman et al.,1991).

     Tujuan dan Kegunaan Praktikum

1.2.1.Tujuan
        Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu:
    Menambah pengetahuan mahasiswa mengenai tekhnik analisa in vitro.
    Mengetahui kecernaan bahan kering dan cara menghitungnya.
    Mengetahui kecernaan bahan organik dan cara menghitungnya.
    Mendapatkan sampel bahan kering yang bisa langsung diamati dan di analisa.
    Mengetahui seberapa besar daya cerna bahan makanan menggunakan teknik in vitro tersebut.
1.2.2. Kegunaan parktikum
        Adapun kegunaan dari paraktikum ini adalah:
    Mahasiswadapatmengatahuitahap-tahapdari teknik kecernaan pakan secara in-vitrodengan baik dan benarkarenalangsung di demonstrasikan.
    Dapatmengetahuikemampuanmahasiswa dalam menganalisis prubahan- perubahan yang terjadi terhadap keberlangsungandaritahap- tahapkecernaan in- vitroitusendiri

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hijauan adalah bahan makanan yang mengandung serat kasar 18 % atau lebih (dihitung dari bahan kering). Angka batasan ini hanya sekedar patokan penolong, karena di dalam praktek sering didapatkan hal-hal yang berada diluar batasan ini. Kualitas hijauan sangat bervariasi ang disebabkan oleh beberapa perbedaan dalam spesies, umur, kesuburan tanah, sumber-sumber air dan lain sebagainya. Di Indonesia dan di daerah tropis lainnyabelum diperoleh keterangan secara pasti tentang adanya suatu hijauan yang menonjol kualitasnya (Parakkasi, 1986).
Tanaman hijuaan pakan dari jenis legum biasanya  ditanam sebagai pagar hidup, peneduh tanaman (kakao, kopi, teh), atau sebagai rambatan untuk vanili dan lada. Perakaran gamal merupakan penambat nitrogen yang baik. Tanaman ini berfungsi pula sebagai pengendali erosi dan gulma terutama alang-alang. Daun-daun gamal mengandung banyak protein dan mudah dicernakan, sehingga cocok untuk pakan ternak, khususnya ruminansia. Daun dan rantingnya yang hijau juga dimanfaatkan sebagai mulsa atau pupuk hijau untuk memperbaiki kesuburan tanah (Anonym, 2010).
Komposisi kimia tanaman dipengaruhi oleh spesiest anaman, kesuburan tanah dimana – tanaman tersebut tumbuh, iklim yang menentukant inggirendahnyai ntensitas hujan dan sinar matahari yang tinggi pengaruhnya terhadap intensitas asimilasi CO2, ketinggian tempat, air didalam tanah dan persedian air irigasisertaumurtanaman (Rismunandar. 1986).
Faktor – faktor yang mempengaruhi in vitro adalah pencampuran pakan, cairan rumen, pengontrolan temperatur, variasiwaktu, danmetode analisys (Yunus, 1997).
Scheider and Flatt (1975) menyatakan bahwa apabila ukuran sampel bertambah maka akan menurunkan kecernaan in vitro, oleh karena itu penting diperhatikan agar ukuran sampel harus sama, selanjutnyadinyatakanbahwaperbandingancairan rumen dan buffer adalah1 : 4 dansetiapproporsicairan rumen akanmeningkatkankecernaan.
Fermentasibahanberseratdenganmenggunakancairan rumen akanmenghasilkan gas, diantaranyaadalah gas methan. Emisi gas methanhasilfer pada ternak ruminansia selain menyebabkan polusi lingkungan jugamenyebabkan hilangnya sebagian energy pakan.
Gamal merupakan leguminosa pohon yang berasal dari Amerika tengah, merupakan tanaman pelindung coklat, masuk ke Indonesia kurang lebih pada abad  ke 19 dan dimanfaatkan sebagai pohon pelindung diperkebunan. gamal merupakan tanaman legume pohon yang bersifat tahunan, dapat tumbuh di daerah dataran rendah maupun dataran tinggi dan tahan terhadap musim kemarau yang panjang. Tanaman ini memiliki sifat serba guna, antara lain sebagai penahan erosi, pagar hidup dan daunnya dapat dijadikan sebagai pakan ternak (Devandra, 1992).
Dengan dikembangkannya tanaman sebagai tanaman penghijauan, yang merupakan leguminosa tahunan, diharapkan dapat menyediakan hijauan sepanjang tahun dengan kandungan protein kasar 23,42% dari bahan kering (Wardhani dkk., 1989); serta mampu memproduksi hijauan 2.835,6 kg bahan kering/ha sekali potong pada jarak tanam 0,45 m (Mathius, 1984). Rumput lapangan memiliki kandungan protein kasar 6,47 – 7,91 %, bahan kering 30 %, serat kasar 34,2 persen, lemak kasar 1,8 %, ca 0,29%, dan P 0,36%. factor pembatas rumput lapangan sebagai pakan ternak ruminansia adalah nilai nutrisinya yang rendah akibat relative tingginya serat kasar terutama lignin (Soedomo, 1984).
Di dalam rumen terdapat populasi mikroba yang cukup banyak jumlahnya.Mikroba rumen dapat dibagi dalam tiga grup utama yaitu bakteri, protozoa danfungi (Czerkawski, 1986).
Kehadiran fungi di dalam rumen diakui sangat bermanfaat bagi pencernaan pakan serat, karena dia membentuk koloni pada jaringan selulosa pakan. Rizoid fungi tumbuh jauh menembus dinding sel tanaman sehingga pakan lebih terbuka untuk dicerna oleh enzim bakteri rumen.  Bakteri rumen dapat diklasifikasikan berdasarkan substrat utama yang digunakan, karena sulit mengklasifikasikan berdasarkan morfologinya. Kebalikannya protozoa diklasifikasikan berdasarkan morfologinya sebab mudah dilihat berdasarkan penyebaran silianya. Protozoa rumen diklasifikasikan menurut morfologinya yaitu: Holotrichs yang mempunyai silia hampir diseluruh tubuhnya dan mencerna karbohidrat yangfermentabel, sedangkan Oligotrichs yang mempunyai silia sekitar mulutumumnya merombak karbohidrat yang lebih sulit dicerna (Arora, 1989).

BAB III
MATERI DAN METODE PRAKTIKUM
3.1. Materi Praktikum
    3.1.1. Alat- alat Praktikum
            Adapun alat –alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
  •     Timbangan analitik.
  •     Water Bath/Incubator.
  •     Rak penangas air.
  •     Tabung reaksi 100 ml.
  •     Desicator/Exicator .
  •     Crusible/Cawan petri.
  •     Tang/Klem.
  •     Beker Glass
  •     Oven suhu 105OC.
  •     Thermos Air Panas .
  •     Lembar kerja.
  •     Tabung penginjeksi CO2
3.1.2. Bahan-bahan praktikum.
        Adapun bahan- bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
    Sampel bahan pakan yang suda disiapkan.
  •     Cairan rumen 10 ml.
  •     Saliva buatan 40 ml.
  •     Air hangat.
  •     Aquadest.
  •     CO2
  •     Blanko.
3.2. Metode Praktikum.
        Adapun metode yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
  •     Pesiapkan semua alat dan bahan yang akan dipergunakan.
  •     Bersihkan dan keringkan alat-alat.
  •     Timbang crusible kering.
  •     Isikan air biasa penanggas air hingga ¾ tinggi tabung reaksi.
  •     Hidupkan power dan set suhu penanggas air 39OC.
  •     Timbang 0,50 g sampel kering udara yang telah diketahui kadar bahan kering (2 ulangan).
  •     Masukan sampel kedalam tabung reaksi (volume 100 ml).
  •     Tuangkan 40 ml ml saliva buatan (sambil digojok).
  •     Tambahkan 10 ml cairan rumen (sambil digojok).
  •     Isikan tabung reaksi lain dengan 40 ml saliva buatan dan 10 ml cairan rumen (sebagai blanko).
  •     Tutup tabung reaksi dan injeksi gas CO2.
  •     Letakan tabung reaksi  rak penanggas air.
  •     Tutup rapat penanggas air.
  •     Gojok perlahan-lahan tabung reaksi setiap 8 jam.
  •     Setelah 48 jam, saring isi tabung reaksi dengan crusible hingga keluar cairan jernih; gunakan air hangat (75 OC) hingga tabung reaksi bersih dari sampel.
  •     Masukkan crusible+sampel kedalam oven (105OC) hingga berat konstan (± 2hari).
  •     Timbang crusible+sampel kering, demikian pula blanko.
  •     Hitung kecernaan BK sampel_menggunakan rumus (%) = {( (Berat BK Awal – (BK Residu – BK Blanko ))/(BK Awal)) X 100}
3.3. Tempat dan Tanggal Praktikum
    3.3.1. Tempat Praktikum
Adapun tempat praktikum Teknik Analisa Lab dilaksanakan di laboratorium Ilmu Nutrisi Makanan Ternak  lantai tiga ruanganalisisFakultas Peternakan Universitas Mataram.
    3.3.2. Tanggal Praktikum,
Adapun praktikum ini dilaksanakan tanggal 12,13,14,15, Desember 2011


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Praktikum.
   
Kelompok +
 No Sampel    Berat Sampel    Berat Crusible kosong    Berat Crusible + sample 105 OC    BK
Residu

C - B    BK - Blanko    KCBK (%)
    A    B    C           
11.1    0,5006 gram    22,6492 gram    22,9264 gram    0,2772 gram   
0,0013 gram    36,5017 %
11.2    0,5004 gram    23,6185 gram    23,8718 gram    0,2533 gram        44, 5910 %

HITUNGAN    
    Sampel : 11.1.

    BK Residu = Berat Crusible + sample 105 OC - Berat Crusible kosong
BK Residu = 22,9264 gram - 22,6492 gram
BK Residu = 0,2772 gram.
    BK Awal = (BK Sampel X BK  86,7998)/100
BK Awal = (0,5006 X 86,7998)/100
BK Awal = 0,4345 gram
    KCBK (%) = {( (Berat BK Awal – (BK Residu – BK Blanko))/(BK Awal)) X 100}
KCBK (%) = {( (0,4345 gram– (0,2772 gram – 0,0013 gram ))/(0,4345 gram)) X 100}

KCBK (%) ={ 36,5017 % }
   
    Sampel : 11.2.
    BK Residu = Berat Crusible + sample 105 OC - Berat Crusible kosong
BK Residu = 23,8718 gram - 23,6185 gram
BK Residu = 0,2533 gram
    BK Awal =(BK Sampel X BK  90,8999)/100
BK Awal = (0,5004 X 90,8999)/100
BK Awal = 0,4548
    KCBK (%) = {( (Berat BK Awal – (BK Residu – BK Blanko))/(BK Awal)) X 100}
KCBK (%) = {( (0,4548gram– (0,2533 gram– 0,0013 gram) )/(0,4548 gram)) X 100}
KCBK (%) ={44,5910% }
   
4.2. Pembahsan Praktikum.
  
 Setiap bahan pakan atau pakan ternak, baik yang sengaja kita berikan kepada ternak maupun yang diperolehnya sendiri, mengandung unsur-unsur nutrisi yang konsentrasinya sangat bervariasi, tergantung pada jenis, macam dan keadaan bahan pakan tersebut yang secara kompak akan mempengaruhi tekstur dan strukturnya. Unsur nutrisi yang terkandung di dalam bahan pakan secara umum terdiri atas air, mineral, protein, lemak, karbohidrat dan vitamin. Setelah dikonsumsi oleh ternak, setiap unsur nutrisi berperan sesuai dengan fungsinya terhadap tubuh ternak untuk mempertahankan hidup dan berproduksi secara normal. Unsur-unsur nutrisi tersebut dapat diketahui melalui proses analisis terhadap bahan pakan yang dilakukan di laboratorium.
Praktikum ini menjelaskan tentang analisa in vitro untuk mengetahui kecernaan bahan kering (BK) dan bahan Organik (BO) pada sampel hijauan dan leguminosa  yang sudah di siapkan dilaboratorium. Dari sampel yang sudah disiapkan tersebut mai ka kita sebagai praktikan menimbang bahan- bahan tersebut sebanyak 0,50 gram sampel kering udara yang telah diketahui kadar bahan keringnya, yang dimasukan kedalam tabung reaksi yang telah disiapkan sebanyak 2 buah tabung, satu tabung reaksi sebagai belanko dan satunya lagi sebagai bahan analisis sampel. Tabung reaksi tersebut setelah diisi dengan sampel maka selanjutnya diisi dengan cairan rumen sebanyak 10 ml dan saliva buatan sebanyak 40 ml kemudian langkah sekanjutnya setelah bahan dan saliva buatan maupun cairan rumen tercampur sempurna maka selanjutnya sampel dan belanko di injeksi dengan CO2 supaya gas O2 yang berada di dalam tabung reaksi bersama bahan dikeluarkan untuk menjadikannya suhu ruang, mengapa sampel dan belangko di  jadikan suhu ruang, karena pada dasarnya cairan rumen dan saliva buatan mengandung berbagai janis bakteri yang memang wilayah hidupnya di lingkungan anaerobik atau kedap udara. Tahap selanjutnya tabung reaksi reaksi yang suda diinjeksi CO2 itu kemudian di masukkan kedalam rak penangas air untuk di inkubasikan pada suhu 39,3OC -39,4 OC . Dalam pengingkubasian tersebut memerlukan waktu selama 48 jam  yang akan digojok sekali 8 jam, mengapa di gojok setiap 8 jam karena dalam peroses sebenarnya yaitu di dalam rumen ternak ruminansia pakan yang sudah halus tercerna akan turun ke bawah kemudian pakan yang belum tercerna akan naik keatas untuk di cerna, dan itu membutuhkan waktu sebanyak 8 jam sekali selama 48 jam siklusnya. Setelah 48 jam, bahan di angkat untuk disaring isi tabung reaksi dengan crusible hingga keluar cairan jernih, dalam penyaringan itu bahan di saring mengunakan air  hangat (75 OC) hingga tabung reaksi bersih dari sampel, setelah bahan selsai di saring maka crusible + sampel  dimasukan kedalam oven (105 OC) hingga bratnya konstan ± selama 2 hari. Setelah 2 hari  crusible + sampel kering  termasuk juga belanko di timbang untuk mendapatkan berat konstanya, setelah beratnya di ketahui maka di hitung menggunakan rumus yang sudah ada.
Dari kesemua peroses yang telah dilaksanakan itu maka di dapatkan kedua sampel tersebut  memiliki kecernaan yang berbeda- beda, yaitu sampel   satu (11.1.) memiliki kecernaan Bahan Kering (BK) sebesar 36,5017 % kemudian sampel dua (11.2) memiliki kecernaan Bahan Kering (BK) sebesar 44, 5910 %, disini dapat dilihat bahwa kecernaan bahan kering dari sampel dua lebih besar dibandingkan sampel pertaa hal ini di tapsirkan karena sampel dua itu merupakan sampel pakan dari jenis rerumputan sedangkan dari sampel satu bahan pakan itu ditapsirkan dari bahan pakan leguminosa, di sisilain perbedaan itu bisa juga di sebabkan oleh kondisi lengkungan, proses pengambilan sampel maupun kesalahan yang disebabkan oleh praktikan  itu sendiri, karena pada praktikum kali ini proses praktikum berjalan dengan cara yang tidak sesuai dengan apa yang di harapkan.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
        Adapun kesimpulan yang dapat di ambil dari praktikum kali ini yaitu:
    Sampel bahan pakan yang digunakan tidak begitu jelas dari jenis apa, maupun dari nama bahan sampel yang digunakan.
    Di dapatkan bahwa dari kedua bahan pakan yeng di uji itu memiliki kecernaan yang berbeda- beda yaitu:
  •     Sampel bahan satu (11.1.) memiliki kecernaan BK (36,5017 %).
  •     Sampel bahan dua (11.2. ) memiliki kecernaan BK (44, 5910 %)
5.2. Saran.
Adapun saran yang dapat kami berikan untuk praktikum ini adalah:
    Sebaiknya dalam penggunaan sampel kita menggunakan sampel-sampel yang belum pernah dianalisis.
    Untuk kelencaran praktikum agar praktikan dapat hadir tepat waktu agar tidak mengganggu praktikan lain.
    Waktu untuk praktikum diperbanyak agar mahasiswa memahami secara mendalam apa yang dipraktikan

BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Anonym, 2010.  http://irenzobeckham.wordpress.com/2006/11/15/mikroba-dalam-rumen
sapi/ ( 13, Desember 2011)

Arora. Achmanto. 1989. Pemanfaatan Daun gliriddia maculate Dalam Ransum Sapi Perah
Laktasi. Proc. Pertemuan Ilmiah Ruminansia. Puslitbangnak. Bogor.

Czerkawski, D.M. 1986. The effect of pre-exposing the microbial population on gas
production using the pressure tranducer technique. PhD Thesis. The University of reading.

Devandra, D.C. 1992. Nutritional Potential Of Fooder Trees And Shcrubs As Protein Sources
In Ruminant Nutrition. in legume trees and other fooder trees as protein sources for live stock. Ed. A. S. Peedy and L.P. Pugliese. fao Animal Production and healt paper.

Parakkasi, Aminudin. 1986. Ilmu Nutrisi Dan Makanan Ternak: Monogastrik. Universitas
Indonesia. Jakarta.

Soedomo, 1984. Pengentar Ilmu Peternakan Tropic. BPFE, Yogyakarta.
Yunus,M.1997. Pengaruh umur pemotongan spesies rumput terhadap produksi komposisi
kimia, kecernaan in vitro dan in sacco. Thesis S2, Fakultas Pascasarjana. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.



LAMPIRAN
No    Kegiatan / keterangan    Gambar    Keterangan
1    Pengambilansampel          Sampel di siapkan
2    Penimbangansampel          Dalampenimbangansampel,praktikanmenggunakansampelsebanyak 2 sampelyaitublanko, dansampel yang masing-masingmenggunakansebanyaksampel 1 (0,5006 gr) dansampel 2 (0,5004 gr)
3    Sampeldimasukkankedalamtabungreaksi         Setelahsanpel di timbangkegiatanselanjutnyayaitusampeldimasukkankedalamtebungreaksi 100 ml
4    Penambahan 40 ml saliva buatan         Saliva buatan yang sudahdisiapkanselanjutnya di masukkankedalamtabungreaksibersamasampel
5    Penambahan 10 ml cairan rumen         Penambahancairancairan rumen di lakukandengancaraperlahan–lahandengancaracairan yang di masukkankedalamtabungreaksiharusmengenaibibirtabung, cairan yang di masukkanyaitusebanyak 10 ml
6    Injeksi CO2          Penginjeksian CO2 diperuntukkansupayatabungreaksi yang telahberisisampel, cairan rumen maupun saliva buatan agar keadaantabungmenjadi anaerobic.
7    Masukkankepenangas air         Sampeldimasukankedalampenangas air yang bersuhu 39,3- 39,4 OC , supayapersissamadengankeadanaslinyayaitusamadengansuasana di dalam rumen.
8    Penggojokan       
9    Penyaringansampel       
10    Oven padasuhu 105OC       
11    Hasilhitungan         sampel   satu (11.1.) memiliki kecernaan Bahan Kering (BK) sebesar 36,5017 % kemudian sampel dua (11.2) memiliki kecernaan Bahan Kering (BK) sebesar 44, 5910 %

Tidak ada komentar:

Posting Komentar